KOMPAS.com – Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) terus menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap masalah lingkungan, salah satunya air.
Salah seorang dari tim DMC Dompet Dhuafa Abdul Aziz mengatakan, selain bergerak di bidang kemanusiaan, DMC Dompet Dhuafa juga telah bertekad mencintai alam dan lingkungan.
Hal itu diwujudkan dengan merawat lingkungan yang berhubungan dengan air dan segala kasus yang meliputinya.
Dia mengatakan itu dalam peringatan Hari Air Sedunia ke-29, di Kelurahan Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, Senin (22/3/2021).
Pada kesempatan itu, Yayasan Padepokan Ciliwung Condet bersama DMC Dompet Dhuafa serta PStore Peduli dan Paljaya Jakarta menggelar peringatan tersebut dengan tagar #SelamatkanYangTersisa.
Baca juga: Dompet Dhuafa Luncurkan Layanan GeNose, Warga Tak Mampu Dapat Tes Gratis
“Bersama Yayasan Padepokan Ciliwung Condet dan PStore Peduli serta seluruh pihak lainnya, Dompet Dhuafa akan berusaha untuk terus melestarikan kembali Sungai Ciliwung,” terangnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Selama ini, Aziz merasa miris karena setiap tahun harus mengirimkan timnya untuk merespons banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Ciliwung. Selain itu, ada juga beberapa kasus anak atau orang hanyut di sana.
“Tentu hal ini akan terwujud dengan dukungan dan kerja sama oleh seluruh pihak, termasuk pihak pemerintahan, komunitas-komunitas, juga warga-warga,” ucapnya.
Adapun, peringatan ini digelar dengan berbagai rangkaian acara, yakni sambutan-sambutan oleh dinas pemerintahan dan masing-masing lembaga, pameran potret dan lukisan sungai Ciliwung, susur sungai, dan diskusi tentang naturalisasi Sungai Ciliwung yang dicanangkan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2019.
Baca juga: Rehabilitasi Anak-anak Tuli di Purbalingga, Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan ABD
Pada peringatan tersebut, DMC Dompet Dhuafa mengikutisertakan 7 personilnya untuk turut memeriahkan acara.
Sebagai tim rescue, para personil DMC Dompet Dhuafa diikuti peserta lainnya melakukan penyusuran Sungai Ciliwung yang membentang sepanjang kawasan Condet Jakarta Timur.
Hal tersebut dilakukan guna meninjau kembali kondisi sungai Ciliwung yang beberapa saat lalu mengalami luapan air, bahkan sampai membanjiri beberapa wilayah di Jakarta dan Bekasi.
Sementra itu, Sekretatis Jenderal Yayasan Padepokan Ciliwung Condet Farhandito mengatakan, Jakarta terbentuk dari hujan tropis.
Hutan hujan tropis itu pada 5.000 tahun lalu terbentuk karena sungai dan daratan aliran sungai yang mengalir dari hulu ke hilir.
Lumpur debu vulkanik yang terbawa aliran air, mengendap dan membentuk tanah subur, sehingga ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan endemik.
Baca juga: Atasi Kekeringan di Desa Suro, Dompet Dhuafa Bantu Buatkan Sumur Bor
Maka dari itu, terang Farhandito, kampung-kampung di Jakarta dinamai dengan nama-nama pohon, sungai, tanjungan, bahkan pulau.
“Mari kita lestarikan kembali Jakarta kita ini. Supaya Jakarta dan masyarakatnya dapat menuju kota yang lestari, di mana masyarakat dapat hidup berdampingan dengan ekosistem dan keanekaragaman hayati,” ajaknya.
Perlu diketahui, pada 1992, saat Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro, PBB menyatakan tanggal 22 Maret setiap tahun diperingati sebagai Hari Air Sedunia.
Peringatan pertamanya dilakukan pada 1993 dan terus dirayakan pada tahun-tahun berikutnya.
Tak hanya itu, kerja sama internasional antara negara-negara anggota PBB di bidang air juga dilakukan pada 2013.
Baca juga: Dompet Dhuafa Bagikan 150 Al-Quran ke Madrasah di Padeglang
Kerja sama tersebut dilakukan sebab negara-negara tersebut percaya bahwa air dan sanitasi menjadi kunci kehidupan manusia, termasuk jadi kunci pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian lingkungan.