KOMPAS.com – Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa mendirikan hunian sementara ( huntara) untuk para penyintas awan panas guguran (APG) Gunung Semeru di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Chief Executive DMC Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit mengatakan, pihaknya telah menargetkan sebanyak 50 huntara akan segera diselesaikan pada Agustus 2022.
“Pada tahap satu ini telah berjalan 16 unit, dimana 10 unit sudah masuk tahap finishing. Setelah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) dan Pemerintah Daerah, penyintas bisa menempati hunian ini. Insyaallah akan selesai di bulan Agustus,” ungkap Haryo dalam keterangan persnya, Kamis (30/6/2022).
Hal itu disampaikan oleh Haryo dalam acara Deklarasi Fozda Lumajang dan Penyerahan Huntara, Rabu (15/6/2022), di Kabupaten Lumajang.
Baca juga: Dompet Dhuafa Kirimkan Tim QC ke NTT untuk Cek Kesehatan Hewan Kurban
Sebagai informasi, Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat ada 1.027 rumah warga rusak dan 6.597 warga mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru, Senin (10/1/2022).
Beberapa warga yang mengungsi memilih untuk tinggal di berbagai tempat, mulai dari rumah kerabat hingga tenda pengungsian di lapangan Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Salah satu penyintas APG Gunung Semeru, Sulianto menceritakan keresahannya selama tinggal di tenda pengungsian. Ia mengatakan, cuaca yang tak menentu saat siang dan malam hari membuat beberapa anak menjadi jatuh sakit.
“Biasanya kalau siang, saat cuaca panas, kami keluar dan berteduh di bawah pohon. Sedangkan pada malam hari, angin terasa lebih dingin. Karena (cuaca yang berubah) itu anak-anak mudah sakit, muntah, batuk dan pilek akibat kepanasan dan kedinginan,” ungkap Sulianto.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Slamet Santoso. Ia berharap kepindahannya ke huntara itu dapat membuatnya dan penyintas lain dapat kembali beraktivitas seperti biasa.
“Semoga pembangunan huntara dan huntap dapat segera selesai. Dengan begitu semua pengungsi bisa beraktivitas seperti biasa, nggak enak di tenda pengungsian. Kasian para lanjut usia (lansia) dan anak-anak, karena kalau malam kedinginan dan banyak nyamuk, serta banyak anak yang harus sekolah dengan jarak yang jauh,” kata Slamet.
Baca juga: Gubenrur Jatim Berikan Bantuan Sambungan Listrik PLN untuk 1.951 Penyintas APG Semeru
Kepala Subbidang Penataan BPBD Lumajang Amni Najmi mengatakan, pembangunan huntara dan huntap sempat mengalami beberapa kendala.
“Kemarin sempat mengalami kendala karena belum adanya aliran drainase, jadi saat hujan lebat, bahan (material) bergeser dan terbawa arus air. Belum lagi cuaca yang tidak mendukung dan beberapa kali terjadi erupsi kecil, sehingga beberapa tukang sempat takut,” jelas Amni.
Selain itu, kata dia, kendala juga terjadi pada proses pemindahan para penyintas APG Gunung Semeru dari tenda pengungsian ke huntara dan huntap.
“Hampir semua sudah memiliki kunci. Namun terjadi beberapa kendala karena beberapa hunian belum memiliki air. Tapi alhamdulillah sekarang sudah teraliri air, tinggal 17 kepala keluarga (KK) dari 100 KK yang huniannya belum (teraliri air),” ungkap Amni.
Baca juga: Meriahkan HUT Ke-495 Kota Jakarta, DMC Dompet Dhuafa Kampanyekan Tanggap Darurat di Daerah Perkotaan
Kemudian, kendala juga terjadi pada tim BPBD yang harus menyesuaikan antara data Nomor Induk Kependudukan (NIK) dengan KK penerima manfaat bantuan huntara dan huntap. Ini untuk memastikan penerima bantuan merupakan orang yang tepat.
Hal itu dilakukan karena penyintas yang telah menetap di tenda pengungsian akan menjadi penerima huntara dan huntap prioritas.
Setelah itu, baru akan dilanjutkan kepada beberapa penyintas yang mengungsi di balai desa, puskesmas atau fasilitas publik hingga ke penyintas yang mengungsi di tempat kerabat.
“Pemberian kunci tidak mudah, harus disesuaikan dengan NIK dan KK. Kalau ada data yang tidak sesuai, maka tidak akan kami beri kunci. Lalu, penyintas yang tinggal di tenda pengungsian akan menjadi prioritas kami dan setelahnya akan bergeser ke tenda-tenda pengungsian yang lain,” kata Amni.
Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati Masdar mengutarakan harapan terbesarnya atas keterlibatan lembaga filantropi dalam pemulihan pascabencana APG Gunung Semeru.
“Kami berharap adanya keterpaduan antara lembaga amil zakat ini dapat menjadi satu, solid, dan paling penting adalah pertukaran ilmu, informasi serta bisa menambah jaringan bagi lembaga-lembaga amil zakat lain,” ungkap Indah.