KOMPAS.com – Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa yaitu Parni Hadi mengatakan, kemiskinan mampu menyebabkan bencana, khususnya di wilayah perkotaan.
" Kemiskinan itu penyebab bencana karena itu saya rumuskan trilogi program baru Dompet Dhuafa hari ini. Pertama adalah bangun desa supaya orang tidak terdorong jadi buruh murah di kota,” kata Parni, dikutip dari keterangan persnya, Minggu (3/7/2022).
Hal itu disampaikan Parni dalam gelaran Milad ke-29 Dompet Dhuafa di Gedung Philanthropy Dompet Dhuafa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (2/7/2022).
Kedua, lanjutnya, adalah menanggulangi kemiskinan perkotaan karena kemiskinan berpindah ke perkotaan. Ketiga adalah siaga hadapi bencana perkotaan atau urban disaster management (UDM).
“Opsinya adalah bisa dengan membangun desa wisata. Desa kita bangun, kemiskinan kita tanggulangi dan kurangi, kemudian siaga bencana perkotaan," jelasnya.
Baca juga: Jakarta Hajatan ke-495, Dompet Dhuafa Gelar Panen Raya Kebun Sehat di Kebayoran Lama
Rumusan yang dikemas apik melalui sebuah trilogi itu pun mudah dipahami seluruh pendengar yang hadir dalam kesempatan tersebut.
Terkait hal tersebut, Dompet Dhuafa akan melangsungkan penandatanganan kerja sama dengan Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) dalam upaya penanganan bencana di perkotaan.
Kerja sama tersebut merupakan komitmen Dompet Dhuafa yang tidak ingin terlarut dalam euforia dan tetap ingin memberikan manfaat setiap saat.
Lebih lanjut, Parni juga mengajak seluruh insan Dompet Dhuafa terus mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pihaknya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan hingga saat ini.
“Marilah kita semua senantiasa merenungi ungkapan. Dalam Bahasa ibu, saya diajarkan untuk matur nuwun atau berterima kasih melalui ungkapan Alhamdulillah,” ujarnya.
Baca juga: Bantu Penyintas APG Gunung Semeru, Dompet Dhuafa Dirikan 50 Huntara
Untuk yang kedua, lanjutnya, adalah memohon ampun dengan Astaghfirullah. Ketiga adalah memohon tuntunan dengan la haula wa la quwwata illa billah.
“Mengapa? Karena kita telah diberi ridho dari Allah sehingga Dompet Dhuafa telah tumbuh selama 29 tahun. Namun, Dompet Dhuafa masih banyak kekurangannya. Terakhir, Dompet Dhuafa minta kekuatan kepada Allah SWT. Saya harap ini jadi pedoman kita," sambungnya.
PJS Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Rahmad Riyadi mengatakan, Dompet Dhuafa terlahir dari cinta. Oleh karenanya, tidak salah jika lembaga filantropi Islam ini memiliki buletin bernama Swara Cinta.
Setelah menerbitkan bulletin, Dompet Dhuafa menemukan jati diri sebagai lembaga zakat dengan berkonsultasi dulu dengan para ulama.
"Waktu awal-awal pencetusannya, rekan-rekan pencetus menanyakan kepada para alim ulama terkait legitimasi zakat dikelola swasta. Dari berbagai upaya dari rekan-rekan, maka usaha ini bisa terwujud. Bahkan, Dompet Dhuafa menjadi yang menginisiasi undang-undang zakat,” katanya.
Baca juga: Dompet Dhuafa Kirimkan Tim QC ke NTT untuk Cek Kesehatan Hewan Kurban
Senada dengan Parni, Rahmad juga mengajak seluruh insan Dompet Dhuafa untuk terus mengevaluasi diri dengan bermuhasabah dan meningkatkan layanan kepada para penerima manfaat.
Dia juga berpesan kepada jajaran Dompet Dhuafa untuk selalu menjaga niat hati yang lurus dalam mengabdikan diri membantu masyarakat yang membutuhkan.
“Dalam kesempatan 29 tahun Dompet Dhuafa ini, yang perlu kita lakukan adalah muhasabah. Yang pertama tentu bagi eksponen yang ada di Dompet Dhuafa adalah ini bentuk kecintaan terhadap kaum lemah ( dhuafa). Ini yang harus menjadi titik tolak para amil saat bekerja di Dompet Dhuafa,” katanya.
Hal kedua, lanjut Rahmat, Dompet Dhuafa sejatinya bukan hanya lembaga zakat, melainkan juga lembaga yang menerapkan ukhuwah basyariyah, yaitu kemanusiaan.
“Hal yang ketiga adalah kita sebagai amil tentu kita perlu mawas diri, mencoba meluruskan niat kita, dan pada kesempatan kali ini disampaikan juga bahwa hasil audit kinerja dan keuangan Dompet Dhuafa kembali dianugerahi WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)," tuturnya.
Baca juga: Bekerja Sama dengan Komunitas Muslim Selandia Baru, Dompet Dhuafa Hadirkan Pos Gizi di Garut
Pada kesempatan tersebut, Ketua Panitia Milad Dompet Dhuafa Dian Mulyadi mengatakan, peringatan Milad ke-29 merupakan perayaan bagi Dompet Dhuafa dalam menebar kebaikan.
“Mohon doa dari bapak ibu sekalian yang hadir pada hari ini, mudah-mudahan seluruh rangkaian milad kali ini berjalan lancar dan penuh khidmat,” katanya.
Dia juga mengapresiasi dukungan dan kolaborasi semua pihak dalam menyemarakkan dan menyukseskan Milad ke-29 Dompet Dhuafa.
Sebagai informasi, Milad 29 Tahun Dompet Dhuafa juga dimeriahkan dengan pertunjukkan vertical rescue dari Tim Srikandi Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa yang membawa baliho berukuran raksasa bergambarkan logo Milad 29 Tahun Dompet Dhuafa dari atas Gedung Philanthropy.
Selain itu, dilakukan pula prosesi potong tumpeng sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas berbagai keberhasilan capaian Dompet Dhuafa selama ini.
Baca juga: Meriahkan HUT Ke-495 Kota Jakarta, DMC Dompet Dhuafa Kampanyekan Tanggap Darurat di Daerah Perkotaan
Prosesi pemotongan tumpeng dilakukan Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa yaitu Parni Hadi yang disaksikan langsung seluruh jajaran manajemen dan pengurus Dompet Dhuafa.
Kemeriahan Milad 29 Tahun Dompet Dhuafa masih akan berlanjut dengan berbagai rangkaian kegiatan menarik di dalamnya.
Setelah acara milad di Gedung Philanthropy Dompet Dhuafa, digelar pula Fun Walk di Car Free Day (CFD) Jakarta, pada Minggu 3 Juli 2022.
Selanjutnya, rangkaian tersebut akan ditutup dengan syukuran oleh seluruh insan Dompet Dhuafa di Gedung Philanthropy pada Senin 4 Juli 2022.
Acara pada hari ini turut diisi dengan pembacaan puisi renungan karya Parni Hadi. Puisi ini menjelaskan bagaimana trilogi kemiskinan dan bencana yang telah dijelaskan dalam sambutan sebelumnya.
Sejatinya puisi ini harus menjadi renungan bagi seluruh insan Dompet Dhuafa dan masyarakat Indonesia.
Baca juga: Lewat Kurbanaval 2022, Dompet Dhuafa Tebar Hewan Kurban ke Pelosok Indonesia
Berikut puisi Karya Parni Hadi yang berjudul Orang Miskin Pindah Tempat.
Orang miskin pindah tempat,
dari desa ke kota dan pinggirannya.
Wajah kemiskinan tetap melekat,
sedikit beda cuma gaya penampilannya.
Dari orang desa menjadi orang kota,
gaya bicara dan pakaian coba beda,
tapi kebiasaan lama tetap seperti biasa.
Ini gegara urbanisasi.
Desa tidak menarik lagi,
terutama bagi kawula muda
untuk mengais rejeki.
Berbondong mereka pindah ke kota
dengan bekal kemampuan seadanya.
Jadi buruh ongkos murah.
Kota jadi penuh tumpah ruah.
Orang, di mana-mana orang!
Di jalan-jalan, gang-gang dan rumah-rumah sempit yang dikontrak.
Mereka kawin mawin dan beranak pinak.
Macet dan kumuh di mana-mana.
Bencana perkotaan mengintai,
gegara over populasi orang miskin.
Desa harus dibangun, dibuat menarik agar mengundang rejeki.
Desa wisata jadi opsi.
Ini bisa kurangi arus urbanisasi.
Kemiskinan perkotaan perlu ditanggulangi
sambil bersiap hadapi bencana akibat kemiskinan.
Urban Disaster Management (UDM) jadi sebuah pilihan