KOMPAS.com – Lembaga filantropi Islam Dompet Dhuafa terus berupaya mendukung pengembangan sumber daya manusia (SDM) Indonesia, salah satunya melalui Ekselensia Tahfizh School (eTahfizh).
eTahfizh merupakan program investasi SDM Dompet Dhuafa yang berfokus pada tahfizh-plus atau Islamic studies dan leadership.
Program ini diperuntukkan bagi anak-anak pilihan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau sederajat yang memiliki kemampuan akademik tinggi. tetapi memiliki keterbatasan finansial.
Salah satu contoh anak berprestasi tetapi memiliki keterbatasan finansial adalah Salamun. Remaja asal Kota Kembang itu sempat mendaftar ke salah satu pondok pesantren (jenjang SMA) di Depok setelah lulus dari pondok pesantren (jenjang SMP).
“Sudah diterima, tetapi karena Corona, penerimaan itu dibatalkan. Jadinya, saya libur (nganggur) dulu setahun, menunggu ada pendaftaran selanjutnya,” katanya sambil mengingat momen berjuang mencari tempat pendidikan terbaiknya.
Baca juga: Cussons Baby Indonesia Gandeng Dompet Dhuafa Salurkan Donasi Produk Bayi, Warga Bisa Hemat 6 Bulan
Sambil menunggu, Salamun sempat berjualan jas hujan di toko aksesoris motor milik saudaranya. Dia hanya bertahan dua bulan dengan gaji Rp 1 juta per bulan.
Dalam menjalani masa ‘libur’ itu, dia juga membantu sang Ibu membuka warung kelontong di rumah.
Salamun memang giat belajar. Sembari berdagang, dia tetap melanjutkan muraja’ah. Sebab, kala itu ia telah mampu menghafal Al Quran sebanyak 15 Juz.
“Setahun itu saya juga di rumah bantu ibu jualan, sambil muraja’ah. Ada juga sih main sama kawan sempat naik gunung,” katanya daam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (26/7/2022).
Sejak kecil, Salamun memang terus mengikuti pendidikan agama Islam. Dia masuk Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), lalu melanjutkan di pondok pesantren sewaktu SMP dan hafal 15 juz.
Baca juga: Institut Kemandirian Dompet Dhuafa Gelar Pelatihan Digital Marketing dan Programming Gratis
Salamun juga mengatakan, dua tahun terakhir merupakan tahun terberat bagi diri dan keluarganya. Pasalnya, Salamun harus merelakan kepergian Salamah, saudari kembarnya, untuk selama-lamanya.
“Pas di kelas 3, dia sakit, terus meninggal. Tidak lama kemudian, pada tahun yang sama, ayah juga meninggal,” ungkapnya.
Setelah ‘libur’ setahun berlalu, Salamun menerima kabar dari kawan lamanya tentang eTahfizh School Dompet Dhuafa. Salamun menyambutnya dengan baik.
Tanpa perlu waktu lama, dia mendaftarkan diri ke eTahfizh School yang bertempat di Bumi Pengembangan Insani, Jalan Raya Parung-Bogor KM. 42, Jampang, Kemang, Bogor, Jawa Barat.
“Nah, sempat jualan jas hujan dan dapat uang, dikumpul untuk kebutuhan-kebutuhan masuk sekolah, tapi alhamdulillah di eTahfizh dapat beasiswa,” seru santriwan penyuka mata pelajaran Bahasa Arab itu.
Kini, Salamun duduk di kursi kelas 2 eTahfizh School. Selain tahfiz, ia mempelajari fikih, sirah, serta ulumul hadis di sana. Hafalan Al Quran Salamun kini sebanyak 19 juz.
Baca juga: Peringati Milad Ke-29, Dompet Dhuafa Luncurkan 3 Program untuk Atasi Kemiskinan di Kota
“Di keluarga saya rata-rata tidak tamat sekolah. Maka saya ingin mencoba dan berusaha lebih baik, agar orangtua tenang dan senang. Saya tidak tahu, tapi saya pengen jadi pengusaha sambil berdakwah. Cita-cita saya pengen banget bisa kuliah di Madinah,” tutur Salamun.
Kelak akan banyak hadir kursi kosong untuk para santriwan dan santriwati di sekolah Tahfizh berbasis Wakaf dan Zakat Produktif tersebut. Dukungan itu akan berarti melalui tautan berikut.
Mereka yang tidak mampu secara ekonomi, tetapi unggul dalam intelektual dan kemauan yang tinggi, memiliki kesempatan tinggi untuk mengisi.