KOMPAS.com - Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa bersama sejumlah pihak mengadakan penanaman 2.050 pohon mangrove dan pohon keras lainnya di Pantai Soge dan Pantai Teban, Pacitan, Jawa Timur (Jatim), Minggu (30/10/2022).
Adapun sejumlah pihak yang dimaksud adalah Indofest 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, dan Komunitas Pandan Wangi Kebun Raya Banten.
Penanaman yang dilakukan melalui Gerakan Sedekah Pohon tersebut bertujuan untuk menjadikan wilayah Kabupaten Pacitan, tepatnya Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, sebagai kawasan tangguh dan tanggap bencana.
Dalam hal tersebut, DMC Dompet Dhuafa menitikberatkan kepada program mitigasi dan kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami, hingga abrasi.
DMC Dompet Dhuafa menyebutkan bahwa penanaman mangrove dan pohon keras lainnya merupakan salah satu agenda besar pihaknya dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia tangguh dan tanggap bencana.
Rencananya, masyarakat dan DMC Dompet Dhuafa dalam waktu dekat akan melakukan pembangunan bendungan pemecah ombak.
Baca juga: Setelah Lolos Terjebak dari Pemecah Ombak Sungai Serang, Paus Terdampar Mati di Pantai Wisata
Pembangunan bendungan tersebut dinilai sangat penting karena merupakan upaya untuk mencegah terjadinya banjir bandang.
Bendungan pemecah ombak itu juga berperan untuk menjaga kestabilan dan kelestarian ekosistem serta keanekaragaman hayati di pesisir.
Chief Executive DMC Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit berharap, keberadaan kawasan tangguh dan tanggap bencana dapat membantu warga Desa Sidomulyo untuk beraktivitas seperti biasa tanpa merasa cemas akan ancaman bencana yang mengintai.
“Kami mohon dukungan dan bantuannya bersama DMC Dompet Dhuafa dalam rencana mewujudkan Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana di Desa Sidomulyo,” jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (31/10/2022).
Seperti diketahui, Pacitan terkenal dengan nuansa pesisir nan eksotis. Terdapat banyak lokasi wisata yang berada di kabupaten ini, salah satunya adalah Pantai Soge dan Pantai Teban.
Pantai Soge berlokasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo. Sementara itu, Pantai Teban di Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo. Kedua pantai ini bisa dibilang merupakan hidden gems destinasi wisata di Pacitan.
Baca juga: 50 Wisata Pantai di Jawa Timur, dari Pacitan sampai Banyuwangi
Meski termasuk hidden gems, Pantai Soge dan Pantai Teban juga memiliki bahaya laten yang belum diketahui banyak orang.
Apalagi, kawasan Pantai Soge sendiri ternyata rawan terjadi abrasi. Sebab, pesisir pantai tersebut berbatasan langsung dengan kekuatan gelombang air laut selatan.
Di samping itu, terdapat sungai yang bermuara di Pantai Soge, mengalir dari arah utara dan berbatasan langsung dengan daratan yang merupakan pasir tambak.
Pasir tambak tersebut terhimpit oleh muara sungai dan air laut. Fenomena perpindahan muara sungai yang seringkali mengubah bentuk daratan tersebut lebih dominan dipengaruhi oleh kekuatan gelombang pasang air laut dan bukan berasal dari limpahan arus Sungai Soge.
Dengan demikian kekuatan gelombang pasang kawasan tersebut sering menjadi penyebab daratan pantai di sekitar muara mengalami pergeseran, sehingga tidak dapat dipastikan letaknya.
Akibat pergeseran dan abrasi tersebut, pada akhirnya menyebabkan tanaman sepanjang pantai mengalami kerusakan dan tumbang akibat dari tergerus air yang berasal dari danau maupun gempuran dari air laut.
Baca juga: Ekosistem Air Laut yang Tidak Pernah Ditemukan Organisme Fotosintetik
Selain itu, jenis vegetasi pelindung bahaya dari tsunami di Pantai Soge masih minim. Hal ini mengingat Pacitan termasuk wilayah dengan potensi ancaman gempa besar yang kemudian mengakibatkan tsunami selatan Jawa.
Lain halnya dengan Pantai Soge, Pantai Teban juga memiliki hidden threats sendiri. Hutan mangrove yang berada di pantai ini telah mengalami kerusakan akibat pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Adapun indikasi dari perusakan tanaman mangrove, yaitu dijadikan sebagai area pakan hewan ternak. Hal ini dapat merusak ekosistem di sekitar mangrove, dan buktinya tiada lagi biota laut seperti kepiting bakau yang berada di sekitarnya.
Selain kondisi tersebut, penduduk desa juga hanya memercayakan perlindungan mangrove kepada perangkat desa. Hal ini karena sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani, sehingga mereka tidak bisa terlalu fokus untuk ikut merawat mangrove.
Sebagai langkah lebih lanjut, Kepala Desa (Kades) Sidomulyo Agus Sugiyanto berupaya mendorong motivasi warga dan pihak aparatur setempat untuk kembali membangun desa yang tangguh terhadap bencana.
Baca juga: Satu Korban Bencana Tanah Longsor di Purbalingga Meninggal, Satu Lainnya Dilarikan ke RS
Salah satu tujuannya adalah menjadikan Sidomulyo sebagai kawasan tangguh dan tanggap bencana.
Oleh karena itu, ia memberikan sambutan positif terhadap itikad baik dari Indofest 2022, BPBD Kabupaten Pacitan, dan Komunitas Pandan Wangi Kebun Raya Banten.
“Kami menyambut baik tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh DMC Dompet Dhuafa. Setelah terjadi musibah kemarin, hal ini menjadi motivasi kami untuk membangun kembali sarana dan prasarana pascadilanda kerusakan,” jelas Agus.
Tak lupa, ia juga mengucapkan terima kasih atas respons DMC Dompet Dhuafa yang telah bersinergi dengan pihaknya.
Agus optimistis bahwa kegiatan tersebut akan menjadi semangat baru, terutama masyarakat dalam membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana alam.
“Semoga ini bermanfaat bagi masyarakat. Juga kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan donatur Indofest. Terima kasih mudah-mudahan kerja sama ini akan lanjut dan terus ditingkatkan,” tuturnya.
Agus menjelaskan bahwa masyarakat sejauh ini sudah melakukan koordinasi dengan aparatur setempat, mulai dari tingkat kecamatan dan kabupaten.
Baca juga: Didukung Mantan Aparatur Desa Indonesia Maju Pilgub Jateng, Gibran: Jawaban Saya Selalu Sama Kok
Dari koordinasi tersebut, aparatur setempat melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) telah mencanangkan program pembuatan tanggul pengaman.
“Dengan demikian, ini bisa menjadi upaya penanggulangan bencana destinasi wisata Pantai Soge,” jelas Agus.
Ia juga menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat sudah bisa mengantisipasi bencana abrasi.
Pasalnya, bencana tersebut telah dipercayai masyarakat sebagai bencana siklus lima tahunan sekali.
“Namun meski sudah melakukan perencanaan matang, bencana alam selalu hadir di luar perkiraan. Untuk itu, dibutuhkan pertolongan dari berbagai pihak sebagai salah satu kunci penanggulangan bencana yang komprehensif.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Sidomulyo Suparli berharap, kegiatan penanaman mangrove bisa berlanjut dan meningkat hingga ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih masif lagi.
”Saat banjir terjadi dampaknya sangat menggerus pantai atau bibir pantai. Namun, sekarang telah dilaksanakan pemasangan batu besar (tanggul) untuk penahan air yang telah diinisiasi oleh masyarakat,” imbuhnya.
Baca juga: Pantai Geger: Daya Tarik, Harga Tiket, Jam Buka, dan Rute
Sebagai langkah lebih lanjut, Suparli meminta bantuan dari DMC Dompet Dhuafa berupa penanaman pohon yang sifatnya keras untuk pendamping atau meneruskan program dari batu yang telah dipasang.
“Sehingga nanti bisa tertampung air dan ditanam mangrove lagi. Dengan demikian, mungkin ke depan bisa jadi tempat pariwisata,” ujarnya.
Suparli menjelaskan, masyarakat memang sudah memiliki FPRB. Akan tetapi, forum ini masih terbilang baru sehingga aktivasi kegiatan PRB masih belum mapan.
Hal tersebut juga berpengaruh pada penanaman mangrove yang masih belum begitu paham.
“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada DMC Dompet Dhuafa bahwa kami Desa Sidomulyo telah diberikan pelajaran untuk menanam mangrove dan itu sangat berguna sekali serta sangat bermanfaat,” imbuh Suparli.
Baca juga: Hutan Mangrove Kulon Progo: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka
Tak lupa, ia mengucapkan terima kasih kepada para donatur. Suparli berharap, apa yang telah didonasikan menjadi baik untuk semua pihak.
“Semoga juga menjadi manfaat atau menjadi amal barokah bagi para donatur,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Karangtaruna Desa Sidomulyo Bowo Prayogo mengatakan bahwa kegiatan penanaman mangrove merupakan sarana edukasi sebagai bentuk penyadaran pada masyarakat, khususnya warga Desa Sidomulyo.
Dalam penanaman tersebut, kata dia, juga diajarkan tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove.
Selain itu, juga untuk edukasi terhadap warga tentang tanaman pelindung yang berfungsi sebagai pemecah gelombang tsunami.
“Semoga penanaman mangrove ini bisa menahan abrasi. Supaya tidak habis lagi (lahan pantai). Sangat disayangkan apabila terjadi seperti ini lagi. Dahulu sudah bagus, sekarang jadi rusak,” ucap Bowo.
Pada kesempatan itu, ia mengucapkan terima kasih kepada teman-teman DMC Dompet Dhuafa. Apalagi, DMC Dompet Dhuafa telah ikut serta mendampingi Desa Sidomulyo untuk bisa bangkit kembali.
“Alhamdulillah terima kasih bantuannya telah ikut serta mendampingi Desa Sidomulyo untuk bisa bangkit kembali. Dan untuk teman-teman, dari Indofest terima kasih sekali atas partisipasinya supaya tidak ada bencana lagi,” imbuh Bowo.
Ia menceritakan bahwa abrasi terparah terjadi pada 2022 dan telah menghilangkan lahan-lahan pariwisata di pantai.
Bencana tersebut, kata Bowo, terjadi hanya dalam kurun waktu seminggu. Adapun abrasi terparah terjadi di Pantai Soge.
“Dampak abrasi salah satunya destinasi wisata yang berdekatan dengan pohon cemara tersebut. Dahulu tempat itu merupakan lokasi wisata anak-anak. Sebab, tempatnya enak, aman, dan teduh sehingga banyak anak-anak bermain di sana. Namun, sekarang sudah tidak ada lagi,” ujarnya.