KOMPAS.com – Sederet kisah inspiratif mewarnai perjaanan hidup peterna kambing asal Kecamatan Kalapanunggal, Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) bernama Husein.
Pria yang arab disapa Kang Uceng itu awalnya berprofesi sebagai musisi keliling, kemudian menjadi peternak dan pengajar.
“Kami ini dulu istilahnya ‘barang dagangan’, musisi kampung dari panggung ke panggung,” ujarnya sambil penuh canda saat berbincang dengan Tim Dakwah Nasional Dompet Dhuafa, Selasa (6/6/2023).
Dalam perjalanan itu, Kang Uceng kemudian beralih profesi menjadi peternak kambing. Dia mengaku banyak belajar dari alam karena tidak mendapatkan didikan ternak dari kedua orangtuanya maupun akademisi peternakan.
“Sama-sama belajar dari peternak lain di kelompok. Kami belajar memanusiakan hewan. Dulu cari pakan rumput aja nggak bisa,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (21/6/2023).
Kemudian, kata dia, Dompet Dhuafa datang sehingga dia tertarik mengikuti program pemberdayaan untuk peternak. Lewat program ini, banyak masyarakat Kecamatan Kalapanunggal terbuka dan menyadari potensi yang dimiliki.
“Ini doa dan bimbingan guru kami, Ustaz Harun. Jujur saya sekolahnya di alam, bisa (ternak) dari Dompet Dhuafa,” ungkapnya menceritakan kisahnya sembari menyantap semangkuk bakso hangat bersama tim quality control dari Dompet Dhuafa.
Kang Uceng mengataan, setahun awal menjadi masa prihatin. Meski sempat bersemangat membikin kandang, domba belum datang.
Lalu, usaha mencari rumput yang masih susah ditambah dengan adanya ego antarpengurus kelompok. Meski demikian, berat kegigihannya, hasil positif mulai diraih.
“Dari seniman tumbuh menjadi peternak. Dari mempunyai 6 ekor domba, sekitar 3 tahun kemudian memiliki 30-an ekor,” ungkap Ketua Kelompok Ternak Bashorun Fuadun itu.
Dia mengatakan, jasa Dompet Dhuafa luar biasa terasa manfaatnya dan menjadi salah satu syariat bagi pihanya untuk membuka potensi dan keinginan sehingga bisa mewujudkan mimpi.
“Asal kami solid dan saling mengisi saja, walaupun capek tapi dinikmati. Prinsip saya punya mimpi besar, ada keinginan, kerja keras, dan ulet,” jelasnya.
Setelah 3 tahun pertama memelihara domba, Kang Uceng mengaku hasilnya secara ekonomi bisa membeli sepeda motor dan bangun rumah.
Bukan mustahil, kelompok ternak di Kecamatan Kalapanunggal itu mengalami perkembangan pesat. Bahkan, kelompok ini kini berjumlah 9 kelompok dari yang awalnya 3 kelompok. Akhirnya, sekitar 2011 mereka membentuk koperasi ‘Riung Mukti’.
“Kami dirikan koperasi, layaknya paguyuban ternak. Dari situ mau tidak mau kita mulai benar-benar berdikari, akhirnya berjalan,” jelasnya.
Baca juga: Dompet Dhuafa Ongkosi Belasan Instruktur Sobokartti yang Digaji Kecil untuk Lestarikan Budaya Jawa
Kang Uceng mengatakan, pada 2018 pihaknya membentuk yayasan dan mendirikan madrasah untuk anak yatim dhuafa. Dia menyebutkan, pembangunan itu merupakan salah satu mimpi besar yang mulai diwujudkan.
“Mimpi di kampung kecil kami, di pelosok, ada pendidikan,” terangnyanya yang juga merambah giat sebagai pengajar seni budaya di madrasahnya.
Adapun Tim Dakwah Nasional Dompet Dhuafa Ghufron selaku Koordinator Quality Control (QC) Tebar Hewan Kurban (THK) di Sukabumi turut mendampingi Kang Uceng melakukan quality control di sejumlah titik lokasi di Kecamatan Kalapanunggal.