KOMPAS.com- Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menggelar diskusi bertajuk "Merayakan KolarborAksi, Perangi Polusi" di Setia Budi, Jakarta Selatan, Kamis (24/8/2023). Pembahasan utamanya adalah polusi udara di Ibu Kota yang semakin memburuk.
Co-Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Nafas.id Nathan Roestandy mengatakan, pemerintah, komunitas, public figure, serta media diharapkan dapat memberikan solusi dalam penanganan dan pencegahan polusi udara di Indonesia, khususnya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Pasalnya, sebut dia, tanpa kolaborasi dari berbagai pihak, solusi untuk meminimalisasi polusi udara akan sulit tercapai.
" Polusi udara adalah isu yang sangat kompleks. Kondisinya tidak bisa dilihat dari sisi Jakarta saja, melainkan sisi kesehatan dan lingkungan juga penting. Pemerintah punya kuasa atas kebijakan untuk mengatasi hal ini, tetapi dorongan dari komunitas, organisasi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan privat sektor Nafas.id juga dibutuhkan," ujar Nathan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (29/8/2023).
Baca juga: 11 Perusahaan Kena Sanksi Terkait Polusi Udara, Menperin: Kita Sedang Cek dari Manufaktur atau Bukan
Perlu diketahui, kondisi udara di Jakarta dan sekitarnya semakin memburuk. Akibatnya, banyak bermunculan penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia. Polutan-polutan kecil masuk ke dalam saluran pernapasan dan menimbulkan inflamasi kronik.
Wakil Ketua Influenza Foundation Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi, SpPd, KAI mengatakan, polusi udara yang buruk berpotensi menyebabkan penularan dan prevalensi influenza.
Lebih lanjut, data dari Global Burden Diseases 2019 bertajuk Diseases and Injuries Collaboration mencatat, polusi udara bisa memunculkan lima penyakit respirasi mematikan, yakni paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyakit pernapasan (respiratory diseases) atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai 200.000 kasus di Jakarta.
Baca juga: Luhut Ditunjuk Jokowi Pimpin Penanganan Polusi Udara di Jakarta
Jumlahnya, kata Budi, menjadi empat kali lebih besar ketimbang saat pandemi Covid-19 yang berjumlah 50.000 kasus.
Sementara itu, United Nations Children's Fund (UNICEF) mencatat, sebanyak 600.000 anak meninggal dalam setahun akibat penyakit pernapasan salah satunya pneumonia.
Diketahui, anak-anak lebih rentan terserang penyakit. Pasalnya, secara fisiologis laju napas anak-anak lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Dalam jangka pendek, pneumonia yang semakin parah dapat berujung asma. Hal tersebut perlu ditangani agar tidak mengganggu tumbuh kembang anak dan memicu stunting, gangguan kecerdasan, mental, motorik, hingga tingkah laku.
Senada, Dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P (K). M.pd.Ked mengatakan, anak-anak rentan tertular ISPA, terutama ketika polusi udara memburuk.
Baca juga: Terima Kunjungan GKR Mangkubumi, Dompet Dhuafa Siap KolaborAksi lewat Program Pramuka Peduli
"Dalam jangka panjang, pertumbuhan dan fungsi paru-parunya bisa terganggu. Risikonya, masa remajanya rentan terkena penyakit, semakin dewasa justru akan semakin lemah imunitasnya," ujar Feni Dokter Paru RSUP Persahabatan.
Feni menambahkan, pencegahan bisa dilakukan dengan cara yang mudah, seperti menggunakan masker.
"Rajin memantau kondisi udara, kalau indeks kualitas udara (IQAir) sudah di angka 150 ke atas, sangat tidak aman segera gunakan masker dan hindari keluar rumah apabila tidak terlalu penting," kata Feni.
Baca juga: Apa Itu PM2,5 yang Selalu Dikaitkan dengan Polusi Udara?
Program Officer Media dan Demokrasi Remotivi Surya Putra menyampaikan, peran media dibutuhkan dalam menyebar informasi dan mengawal isu polusi udara ini.
"Media harus inisiatif menyebar informasi yang valid kepada publik. Jurnalis perlu meningkatkan kapasitas pengetahuannya agar isu yang diberitakan dipastikan validasinya," ujar Surya.
Chief Executive DMC Dompet Dhuafa Arief Rahmadi Haryono mengatakan, Dompet Dhuafa berkontribusi membantu penyebaran informasi polusi udara kepada publik.
"Kami ingin berkontribusi secara langsung mengatasi isu ini. Dukungan dan kerja sama dari beberapa pihak seperti Remotivi, Nafas.id, dan dokter RSUP Persahabatan sangat membantu realisasi diskusi ini," tutur Arief.
Baca juga: Warga DKI Jakarta Disebut Terkena Dampak Polusi Udara akibat Lemahnya Fungsi Pengawasan Pemprov
Perlu diketahui, particulate matter (PM) 2.5 adalah partikel paling berbahaya bagi pernapasan. Partikel ini telah ditemukan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Menurut laporan yang beredar, kualitas udara selama 12 jam di Bandung, Bandung Barat, dan Cimahi pada Jumat (25/8/2023) sangat buruk dan menyentuh PM 2.5. Kondisi yang sama terjadi di Sidoarjo, Gresik, dan Jakarta Barat.
Dengan kondisi sedemikian rupa, masyarakat dan pemerintah diharapkan bisa lebih peduli akan kesehatan udara dan fisik.