KOMPAS.com — Dompet Dhuafa menyalurkan air bersih ke berbagai daerah terdampak kekeringan yang melanda wilayah Jawa Barat (Jabar), di antaranya Desa Cisarua, Kabupaten Bogor, dan Desa Balekambang, Kabupaten Sukabumi, dengan total sebanyak 24.000 liter hingga Jumat (15/9/2023).
Penanggung Jawab Pendistribusian Air Bersih Dompet Dhuafa Adinda Suryahadi mengatakan, pihaknya telah menyalurkan 16.000 liter air dalam program Air untuk Kehidupan (AUK) pada Kamis (14/9/2023).
“Sasarannya meliputi Desa Cisarua, dengan cakupan Kampung Cisadaria, Depok, Kubang, Cibodas dan Babakan dengan total penerima manfaat sebanyak 1.249 jiwa,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (19/9/2023).
Adinda menjelaskan, Dompet Dhuafa telah mendistribusikan air bersih di wilayah Bogor sebanyak 80.000 liter untuk 10 titik cakupan di Kecamatan Cibungbulang pada Jumat (8/9/2023).
Baca juga: Turunkan Stunting, APPBI DKI Jakarta Donasikan Rp 100 Juta ke Dompet Dhuafa
Sementara itu, General Manager Lingkungan dan Budaya Dompet Dhuafa Ustaz Herman Budianto mengapresiasi para donatur yang telah mendukung penyaluran air bersih di wilayah Bogor hingga Sukabumi.
“Alhamdulillah, terima kasih para donatur yang sudah mendorong kegiatan ini sehingga dalam seminggu Dompet Dhuafa dapat mendistribusikan air bersih dengan cakupan wilayah Bogor hingga Sukabumi,” ucapnya yang ikut langsung turun melakukan distribusi air pekan lalu.
Menurut Herman, kekeringan yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia telah menciptakan dampak bagi masyarakat khususnya kesehatan.
Sebagai penerima manfaat, Ketua Rukun Tetangga (RT) Kampung Bojong Neros, Kecamatan Bogor Barat, Ahmad Alpian mengatakan bahwa krisis air di desanya sudah hampir dua bulan berlangsung.
Menurutnya, krisis air tersebut disebabkan lantaran musim kemarau panjang. Apalagi, air di sumur warga sangat sedikit dan hanya cukup menampung satu hingga dua ember saja.
“Kurang lebih dua bulan, sekarang yang dialami sama warga itu kekeringan. Kalau pun warga memiliki sumur, itu hanya dapat satu dua ember saja. Kapasitas kita tidak tertutupi. Tapi, Alhamdulillah ada Dompet Dhuafa, (kegiatan) yang kita jalankan hari ini sangat luar biasa dan bermanfaat, khususnya untuk kami penerima,” imbuh Alpian.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, kekeringan telah menyebabkan banyak aktivitas keseharian masyarakat terhambat, seperti mencuci pakaian.
Akibatnya, kata Alpian, masyarakat berbondong-bondong mencuci pakaian di Sungai Cianten yang berjarak 3 kilometer (km) sampai 4 km dari rumah mereka. Tak hanya itu, mereka bahkan menyewa angkutan umum untuk menuju ke sungai.
Baca juga: Jenazah Ditemukan di Sungai Bawah Jembatan di Kulon Progo, Polisi Sebut Kasus Bunuh Diri
“Kalau lagi tidak ada (air), kami ke Sungai Cianten. Dua hari sekali kami ke sungai Cianten untuk nyuci baju, bareng-bareng se-kampung. Biasanya ada dua mobil, selama musim kekeringan ini,” tuturnya.
Ucapan syukur atas bantuan air bersih juga disampaikan oleh Nyai Nuryanah (63), seorang lanjut usia (lansia) yang hidup sendiri di wilayah Kampung Bojong Neros.
Ia mengaku sangat senang mendapat air bersih. Terlebih, kondisinya yang sudah renta membuat Nyai kesulitan mendapatkan air bersih.
“Di sini (Kampung Bojong Neros) lagi kesusahan air, ke pancuran dekat kali (sungai). Nah, sekarang udah dibikin rumah jadi punah itu pancurannya. Semenjak ibu punya penyakit darah tinggi jadi tidak bisa ambil air, jadi seadanya,” ucapnya.
"Terus kemarin kaki saya sakit. Kalau mandi segitu cukup (sambil menunjuk galon kecil) yang satu ember cat itu buat tiga kali, nggak usah banyak-banyak. Kalau dari sumur buat abdas (wudu), tapi sekarang lagi kecil keluarnya, disedot juga dapat seember saja,” sambung Nyai.