KOMPAS.com - Manager Program Dompet Dhuafa Banten Fita Berliana Akbar mengatakan, tim program Dompet Dhuafa mengembangkan program budi daya udang vaname di wilayah Desa Wanayasa, Kecamatan Pontang, Serang, Banten.
Perempuan yang disapa Elin itu menyebut, di wilayah tersebut, para petambak udang sulit berkembang karena modal yang terbatas dan pengetahuan soal budi daya yang minim.
“Kami mulai melakukan tebar benih untuk bioflok diameter 20 meter yang diuji coba dengan sistem tebar padat intensif. Sebetulnya, padat normal berada di 100.000 benih, tetapi untuk siklus pertama diuji coba dengan tebar padat di 140.000 benih dengan kepadatan 290 benur per meter kubik (m2),” ujar Elin saat mengikuti agenda press touring, Selasa (5/6/2024).
Elin menjelaskan, penggunaan bioflok bertujuan untuk memudahkan pengontrolan kualitas air dengan salinitas, PH (keasaman air), dan suhu yang mudah untuk dikontrol setiap harinya.
Baca juga: Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi
Menurutnya, penggunaan bioflok ini dilakukan guna mengoptimalkan proses budi daya dengan hasil yang lebih produktif dan efisien untuk pemeliharaan.
Ia melanjutkan, treatment harian untuk para karyawan adalah melakukan kontroling kualitas air dengan proses siphon dan treatment penebaran obat pengurai amonia (NH3).
“Para petambak di sini menggunakan teknik anco untuk memberikan pakan dan sampling size setiap 5-10 hari. Untuk pemberian pakan secara umum memiliki rasio 1:1 dengan perhitungan 1,5 ton pakan akan menghasilkan total panen pada angka 1,5 ton udang,” ucap Elin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/6/2024).
Elin juga menambahkan bahwa pihaknya sudah melakukan panen parsial. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan ketika ukuran udang semakin besar.
Baca juga: Dombanya Lolos QC THK Dompet Dhuafa, Peternak Gen Z Ini Jual Hewan Kurban secara Bertanggung Jawab
Panen pertama, lanjut dia, dilakukan di day of culture (DoC) 40 ketika ukuran udang memasuki 120-100.
“Parsial dilakukan untuk menghindari berkembangnya bakteri vibrio dan kematian udang akibat proses molting dan kanibalisme,” ujarnya.
Ia mengatakan, parsial di siklus ini sudah dilakukan sebanyak empat tahap. Tahap pertama, kedua, ketiga, dan keempat menghasilkan masing-masing dua kuintal, sehingga total panen parsial sekitar enam kuintal.
Bahkan, kata dia, saat ini, sisa populasi udang mencapai 28.000 dengan target panen total akhir berada di ukuran 45-40 yang mencapai tonase tujuh kuintal.
Baca juga: Lewat FGD, Dompet Dhuafa Berupaya Revitalisasi Budaya Lokal sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu penerima manfaat program budi daya udang vaname Dompet Dhuafa Banten, Ali, mengatakan bahwa dirinya sangat merasa terbantu dalam bidang pengelolaan udang vaname, mulai dari ketersediaan tambak hingga pemasaran udang vaname.
“Kami tidak bergantung lagi dengan tengkulak, sehingga bisa memutus rantai ekonomi pemasaran. Selain itu, modal maupun keuntungan sedianya akan digunakan untuk pembangunan bioflok dan pembibitan baru lagi, sehingga dapat menyerap pasar yang lebih luas,” ujar Ali.
Seperti diketahui, benih dengan kualitas terbaik dijual sebesar Rp 45.000 per kg. Namun, untuk saat ini, Dompet Dhuafa Banten mampu menjual hasil tambak ke rumah makan dengan harga Rp 80.000 per kg dan end user Rp 95.000 per kg.
Oleh sebab itu, Dompet Dhuafa Banten dapat menargetkan jumlah margin pada angka Rp 51 juta dalam satu siklus.