KOMPAS.com – Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menggelar pelatihan penanggulangan bencana berbasis masjid di Sragen, Jawa Tengah.
Kegiatan yang bekerja sama dengan Kolaborasi Masjid Pemberdaya (KMP) dan Masjid Raya Al-Falah Sragen itu berlangsung mulai Sabtu (13/7/2024) hingga Senin (15/7/2024).
Sekretaris Jendral (Sekjen) KMP yang juga Kepala Departemen Wakaf Dompet Dhuafa Imam Alfaruq dan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen R Triyono Putro membuka pelatihan bertajuk Masjid Tanggap Bencana (MTB) di Masjid Raya Al-Falah Sragen.
Belasan peserta dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Provinsi Jawa Tengah turut menghadiri pelatihan tersebut.
Baca juga: Banjir di Sragen, Sejumlah Desa dan Sekolah Terendam
Sragen dipilih sebagai pusat pelatihan karena merupakan episentrum yang tepat untuk mengumpulkan relawan masjid dari DIY hingga Jawa Tengah. Tujuannya, meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi bencana di wilayah setempat.
Lewat pelatihan itu, peserta dibekali pengetahuan dan keterampilan dasar dalam penanggulangan bencana, termasuk dasar-dasar fikih kebencanaan, manajemen kebencanaan, analisis risiko bencana, dan manajemen pos pengungsian.
Materi yang diberikan meliputi simulasi gempa bumi, banjir, dan kebakaran, yang sering kali menjadi ancaman di wilayah Sragen. Selain itu, peserta diajarkan cara berkomunikasi efektif dalam situasi darurat serta menyusun rencana kontingensi di tingkat komunitas.
"Kami ingin pengurus masjid, pemuda dan remaja masjid, para takmir, dan marbut masjid menjadi insan yang produktif untuk mengurangi risiko bencana. Harapan itu kami tanamkan di setiap materi yang diberikan oleh para pemateri," ujar Imam dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (14/7/2024).
Baca juga: Longsor di Sragen Tewaskan 3 Orang, Evakuasi Ayah dan Anak Berlangsung Dramatis
Pada hari kedua, peserta memperoleh pengetahuan praktik tentang triage dasar pertolongan pertama dan psychological first aid. Mereka juga mempraktikkan langsung semua ilmu tersebut dalam simulasi tanggap darurat bencana pada hari ketiga.
Kabupaten Sragen memiliki sejumlah potensi ancaman bencana yang perlu diwaspadai.
"Sesuai dengan kajian risiko bencana kami, Kabupaten Sragen itu komplet ya, ada beberapa bencana dari banjir, tanah longsor, gempa, angin puting beliung, dan lain sejenisnya," jelas Triyono.
Berdasarkan data BPBD Sragen, Sragen rentan terhadap bencana banjir, terutama di musim hujan. Sungai Bengawan Solo yang melintasi Sragen sering meluap sehingga menyebabkan banjir di beberapa kecamatan.
Wilayah Sragen juga rawan gempa bumi karena dekat dengan sesar aktif di bagian selatan Jawa Tengah.
Baca juga: Satu Keluarga Tertimbun Longsor di Sragen, Bapak Ditemukan Tewas Lindungi Anaknya
Selain banjir dan gempa bumi, ancaman kebakaran lahan dan hutan juga menjadi perhatian utama di Sragen.
Pada musim kemarau, banyak lahan pertanian dan hutan mengering sehingga rawan terbakar. Kondisi ini menekankan pentingnya pelatihan penanggulangan bencana bagi masyarakat setempat.
Pelatihan diharapkan mampu membuat para relawan dan remaja masjid menjadi garda terdepan dalam penanggulangan bencana di komunitas. Mereka diharapkan tidak hanya mampu melindungi diri sendiri dan keluarga, tetapi juga membantu masyarakat sekitar dalam menghadapi situasi darurat.
Upaya tersebut pun diharapkan dapat meningkatkan resiliensi masyarakat Sragen terhadap bencana dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan, serta mampu menciptakan relawan-relawan baru penanggulangan bencana di wilayah Pulau Jawa.