KOMPAS.com - Dompet Dhuafa kembali kembali menghelat acara rutinan Jumat Dahsyat di Ruang Sasana Budaya Rumah Kita, Philanthropy Building, Jakarta Selatan, Jumat (10/01/2025).
Pada talkshow yang mengangkat tema “Deteksi Dini Autisme dan Penanganannya” itu, Dompet Dhuafa mengundang narasumber ahli, yakni Sri Utammi Soedarsono.
Acara tersebut berlangsung dengan begitu khidmat. Dokter yang akrab disapa Bunda Tami itu mampu membawa forum dengan aktif.
Para insan Dompet Dhuafa pun sibuk menyimak. Bunda Tami menyampaikan, setiap anak memiliki kehebatan dan kelebihan masing-masing, termasuk anak penyandang autistik.
Menurutnya, anak autistik memiliki gaya komunikasi yang berbeda, bukan berarti tak bisa.
“Mereka bukan tidak normal, tetapi mereka berbeda. Anak-anak autistik itu memiliki spektrum. Memiliki rantai panjang. Justru mereka jenius,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (28/1/2025).
Baca juga: Sepanjang 2024, Dompet Dhuafa Berhasilkan Kumpulkan Dana Rp 379,2 Miliar
Anak autistik kesulitan membentuk hubungan sosial atau komunikasi, seperti orang pada umumnya. Ketidakseimbangan terletak pada proses sensori dan kemampuan motorik.
“Saya punya murid dengan autistik yang lulus S1 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan S2 di Universitas Indonesia (UI),” ucap keponakan dari Presiden Republik Indonesia ketiga, BJ Habibie, itu.
Bunda Tami menjelaskan, penyebab autisme utamanya disebabkan keracunan logam berat (heavy metal toxic), seperti timbal, air raksa (mercury), arsen, dan cadmium.
Adapun bahan-bahan tersebut bisa berdampak pada fungsi otak, baik dari kognitif, reseptif, atensi, dan perilaku.
Lebih lanjut, Dokter Tami menyampaikan bagaimana peran orangtua dan keluarga dari anak autistik bersikap.
Dia pun memaparkan dari karakteristik, cara mendeteksi sejak dini, aturan mengenai nutrisi sang anak, sampai menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Womenpreneur Growth Academy, Inisiatif Dompet Dhuafa Perkuat Wirausaha Perempuan di Tangsel
Di tengah forum, Bunda Tami turut membagikan survei mengenai indikator anak penyandang autistik.
Survei diisi para insan Dompet Dhuafa dengan antusias. Setelah itu, sesi tanya jawab pun bergulir.
Bunda Tami mengatakan, masyarakat awam juga dapat mendeteksi gejala autisme anak sejak usia dini, yakni dari cara sang anak berinteraksi dengan sosial.
Dia menyebutkan, anak autis lebih suka menyendiri, tidak melakukan kontak mata dengan lawan bicara, dan senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya.
“Biasanya diagnosis dapat dilakukan pada anak berusia dua tahun atau bahkan sebelum itu,” jelasnya.
Selain itu, cara komunikasi anak autis berbeda. Sebab, perkembangan bahasa mereka jauh lebih lambat, bahkan terkadang menggunakan suatu diksi tidak sesuai dengan artinya.
Baca juga: Dompet Dhuafa Edukasi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta Terkait Penanganan Kebencanaan
Mereka juga tidak berbicara sebagai alat berkomunikasi dan lebih senang meniru orang-orang di sekitarnya.
Dalam acara yang hangat itu, suasana jadi semakin riuh penuh tawa. Sebab, sore itu turut hadir Parni Hadi selaku Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa.
Parni menyapa para insan Dompet Dhuafa serta menyampaikan pentingnya menggali ilmu dari narasumber hari ini.
Pada kesempatan itu, dokter Tami dan Parni turut menyampaikan kabar bahagia mengenai terbitnya buku Bunda Tami berjudul, “Senyum Sehat Anak Babel” yang berisi tentang kesehatan gigi pada anak dan “Menu Makanan Berbahan Ikan untuk Anak Usia Dini”.
Sebagai penutup, Bunda Tami menyampaikan pentingnya peran orangtua untuk mendeteksi sejak dini.
Menurutnya, apabila perilaku anak tidak sesuai dan mengarah ke gejala autisme, orangtua harus segera menghubungi dokter untuk berkonsultasi.
Ia pun memberikan rekomendasi buku-buku tertentu untuk menambah wawasan mengenai deteksi autisme.