KOMPAS.com - Dompet Dhuafa merespons minimnya jumlah amil jenazah orang yang membantu mengurus jenazah sesuai dengan ketentuan syariat Islam pada era modern saat ini.
Paling baru, lembaga filantropi Islam itu kembali mengadakan Pelatihan Pemulasaran Jenazah di Masjid Jami Al-Muhajirin Pesona, Desa Cilebut Barat, Sukaraja, Bogor, Jawa Barat, Minggu (12/01/2025) pagi.
Pelatihan itu tidak hanya terdiri dari sesi materi, melainkan juga simulasi yang mengangkat tema “Antara Syariat dan Tradisi”.
Kepala Bidang Layanan Badan Pemulasaran Jenazah (Barzah) Dompet Dhuafa ustaz Madroi mengatakan, tema tersebut diusung lantaran masyarakat Indonesia terdiri dari banyak tradisi dan budaya.
Oleh karenanya, dalam urusan pemulasaran jenazah seringkali masyarakat mencampuradukkan tradisi dan syariat agama.
Baca juga: Dari Rumah ke Dunia Kerja: Perempuan Berdaya dengan Pelatihan Maternity Spa Dompet Dhuafa
Ia menyebutkan, syariat Islam hanya wajib melakukan empat langkah, yakni memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah.
“Terkhusus di Indonesia, praktik-praktik (pemulasaran jenazah) yang dilakukan masih banyak masuk ke golongan tradisi,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (28/1/2025).
Dia mengatakan, tradisi tersebut tidak disalahkan atau dihilangkan selama memiliki kandungan kebaikan atau tidak merusak akidah dan ibadah.
“Namun, memang kita juga harus meninjau pemulasaran tersebut secara syariat,” jelas ustaz yang dikenal dengan karakter humornya itu.
Pada akhir acara, Madroi menyampaikan pesan mendalam bagi para peserta pelatihan.
Menurutnya, amil jenazah merupakan orang-orang terpilih dan mulia.
Baca juga: Dompet Dhuafa Ajak Orangtua Deteksi Dini Autisme dan Cara Menyikapinya
“Walaupun amil jenazah tak tercatat negara, tetapi kehadirannya sangat bermakna bagi keluarga yang sedang berduka,” ungkapnya.
Adapun pelatihan itu disambut baik jajaran Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Jami Al-Muhajirin.
Ketua DKM Jami Al-Muhajirin Sobirin menyampaikan keresahannya terkait kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang memahami soal pemulasaran jenazah di Cilebut Barat.
“Di sini ada 14 rukun tetangga (RT). Seringkali, ketika ada orang meninggal dunia, kami kekurangan SDM (amil jenazah),” katanya.
Ia berharap, pelatihan itu dapat menjadi awal dari kemandirian para jamaahnya.
“Saya berharap setelah pelatihan ini, setiap RT memiliki tim sendiri untuk pemulasaran jenazah,” ujarnya.
Sobirin pun sangat berterima kasih kepada tim Dompet Dhuafa atas terselenggarakannya pelatihan tersebut.
Baca juga: Sepanjang 2024, Dompet Dhuafa Berhasilkan Kumpulkan Dana Rp 379,2 Miliar
“Insyaallah ke depannya terjalin kolaborasi lagi dengan Masjid Jami Al-Muhajirin,” ucapnya.
Sebanyak 66 peserta menghadiri pelatihan tersebut. Generasi tua sampai muda turut antusias menyimak materi dan simulasi ustaz Madroi.
Salah satu peserta pelatihan, Tia (46), mengapresiasi cara penyampaian materi dan simulasi yang menyenangkan.
“Saya pernah melihat sepintas simulasi pemulasaran jenazah, tetapi ini berbeda. Masyaallah, keren sekali,” ujarnya.
Menurutnya, pelatihan itu juga melepas stigma negatif tentang pemulasaran jenazah yang identik dengan hal menakutkan.
“Penyampaiannya santai, tetapi tetap sistematis dan mudah dipahami. Kami jadi tidak tegang dan takut melihat tata caranya,” katanya.
Baca juga: Womenpreneur Growth Academy, Inisiatif Dompet Dhuafa Perkuat Wirausaha Perempuan di Tangsel
Ia mengaku ingin belajar agar dapat mempraktekkannya sesuai syariat, terlebih jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
“Kalau perlu bisa adakan kembali. Terima kasih Dompet Dhuafa sudah menginisiasi pelatihan ini,” tuturnya.
Selain Tia, hal unik terjadi pada Bintang (19) yang ditunjuk secara spontan sebagai jenazah dalam simulasi pada pagi hari itu.
Menurutnya, pengalaman tersebut sekaligus menjadi pengingat diri sendiri tentang kematian yang akan menimpa setiap insan di muka bumi.
“Saya baru pertama kali mengikuti pelatihan pemulasaran jenazah. Saya merasa, saya bertanggung jawab untuk belajar tata caranya sesuai syariat,” ujarnya.
Bintang mengatakan, pelatihan tersebut tidak membuatnya mengantuk karena penyampaian ustadz Madroi sangat unik.
Baca juga: Dompet Dhuafa Edukasi Anak-anak tentang Kepedulian melalui Drama Musikal di SDIF Al Fikri
“Pelatihan ini diselingi dengan candaan namun mudah dimengerti. Nggak buat saya mengantuk,” ucapnya.