KOMPAS.com - Ketua Association of Southeast Asian Nations-Business Advisory Council (ASEAN-BAC) 2023 Arsjad Rasjid memimpin delegasi perwakilan bisnis ASEAN berkunjung ke Phnom Penh, Kamboja. Arsjad menjadi ketua sejalan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN 2023.
Selama kunjungan, delegasi organisasi nonpemerintah tersebut berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan mengenai beberapa isu prioritas dan program warisan kepemimpinan ASEAN-BAC Indonesia.
Selanjutnya, delegasi ASEAN-BAC secara intensif membahas potensi kerja sama yang luas antara Indonesia dan Kamboja, khususnya yang berkaitan dengan transformasi digital, pariwisata, dan ASEAN sebagai pusat rantai pasok global baru.
Pada 2022, selama keketuaan Kamboja di ASEAN, terdapat penekanan kuat pada promosi sentralitas dan kesatuan ASEAN dalam memajukan ekonomi digital, e-commerce, dan transformasi industri.
Baca juga: Mendag Zulhas Janji Respons Cepat Keluhan Industri dan Petani Tembakau
Hal tersebut mencakup fokus pada peningkatan konektivitas regional dan mempererat people-to-people connectivity.
Berdasarkan momentum itu, keketuaan Indonesia di ASEAN-BAC memprioritaskan transformasi digital sebagai sarana untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.
Adapun transformasi digital tersebut mencakup beberapa inisiatif, seperti ASEAN QR Code, Marketplace Lending Platform, dan Wiki Entrepreneur. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama bilateral dalam hal perdagangan dan investasi antara negara-negara di kawasan melalui transformasi digital.
"Melalui upaya ini, kami bermitra dengan Kamboja untuk menciptakan ekonomi yang lebih tangguh dan inklusif, menarik investasi asing serta memperkuat posisi kawasan sebagai pemain kunci dalam lanskap digital global," ujar Arsjad dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (3/8/2023).
Baca juga: Thrifting Dilarang, Bagaimana dengan Perdagangan Barang KW?
Perdagangan barang antara Kamboja dan Indonesia telah berkembang pesat dengan total mencapai 948,533 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada 2022. Adapun kontributor terbesar impor Kamboja sebesar 96 persen. Kamboja mengekspor sebagian besar alas kaki, rajutan, aksesoris, dan glassware ke Indonesia.
Di sisi lain, Kamboja juga mendistribusikan produk Indonesia, seperti makanan dan minuman, minyak goreng, produk kesehatan dan obat-obatan, perawatan rumah, pupuk, serta produk kertas.
"Bayangkan jika kita dapat melakukan transaksi perdagangan ini dengan bantuan digitalisasi, target perdagangan bilateral antara Indonesia dan Kamboja yang diharapkan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Kamboja Pan Sorasak lebih dari 1 miliar dollar AS tahun ini (2023) dapat tercapai," imbuh Wakil Ketua ASEAN-BAC Bernardino Vega.
Baca juga: Jokowi Bakal Buka ASEAN IIDC 2023 yang Digelar PBNU Agustus Ini
Pada kesempatan tersebut, Arsjad mengatakan bahwa rangkaian pertemuan bisnis ke Phnom Penh, Kamboja, juga membuka pintu bagi kemitraan pariwisata antara organisasi publik dan swasta Indonesia-Kamboja.
“Dengan kunjungan ini, Indonesia dan Kamboja telah membawa optimisme baru bagi industri pariwisata antara kedua negara untuk memperkuat kerja sama pariwisata, investasi, dan pertumbuhan ekonomi,” ucap Ketua Umum (Ketum) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu.
Lebih lanjut, Arsjad mengungkapkan, sejak akhir April 2022, AirAsia akan mengoperasikan penerbangan dari Jakarta ke Phnom Penh empat hari dalam seminggu. Hadirnya maskapai penerbangan ini, diharapkan akan membantu industri pariwisata Kamboja dan mempererat hubungan perdagangan Indonesia-Kamboja.
Baca juga: Pelaku Perdagangan Orang Ditangkap di Majene, Korban Dikirim Arab Saudi
“Walaupun ada pandemi Covid-19 pada 2022, jumlah wisatawan Indonesia ke Kamboja mencapai rekor tertinggi sebanyak 75.653 orang, atau 3,3 persen dari total turis asing ke Kamboja,” imbuhnya.
Arsjad mengatakan bahwa kawasan ASEAN kaya akan sumber daya pertanian dan terancam oleh perubahan iklim. Oleh karenanya, ketahanan pangan menjadi isu prioritas yang wajib dibahas bersama negara-negara ASEAN.
“Indonesia saat ini memimpin ASEAN-BAC dan berpeluang menjadikan kawasan ini sebagai pusat baru dalam rantai pasok global, dengan fokus pada sumber daya pangan dan pertanian,” tutur Arsjad.
Sebagai langkah lebih lanjut, ia menyarankan kepada negara-negara ASEAN agar bersama-sama mengembangkan sektor pertanian mereka, menciptakan lapangan kerja, dan memastikan pasokan pangan yang stabil dan terjangkau.
Baca juga: Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan Jelang Idul Adha, GPM Digelar di Buton
Menurut Arsjad, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan sistem inclusive closed-loop untuk sektor pertanian.
Pendekatan tersebut, kata dia, bertujuan untuk membantu petani dengan memberikan akses ke pendanaan, pengetahuan, teknologi, dan peluang pasar.
Arsjad mengatakan bahwa kerja sama antar negara anggota ASEAN, seperti kemitraan antara Indonesia dan Kamboja, sangat penting untuk keberhasilan strategi ini.
"Dengan inclusive closed-loop system, saatnya kita bekerja sama dan mengembangkan kemampuan pertanian kita, mendukung lebih banyak petani dan UMKM, serta meningkatkan efisiensi sistem pangan kita," ucapnya.
Selama roadshow, delegasi ASEAN-BAC melakukan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan utama, termasuk menteri yang melekat pada Perdana Menteri (PM) dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pembangunan Kamboja (CDC) Sok Chenda Sophea, Sekretaris Negara Perdagangan Rath Saravuth.
Baca juga: Kasus Jual Beli Ginjal, Kemenlu Kirim Nota Diplomatik ke Kamboja
Kemudian, Menteri Pos dan Telekomunikasi Chea Vandeth, Deputi Gubernur Bank Nasional Kamboja, Institut Kerjasama dan Perdamaian Kamboja (CICP), Duta Besar (Dubes) Kamboja Pou Sothirak, Presiden Kamar Dagang Kamboja (CCC) Neak Oknha Kith Meng, dan pemangku kepentingan utama lainnya.
Selain Arsjad Rasjid dan Bernardino Vega, dalam delegasi ASEAN-BAC juga hadir Direktur Eksekutif Sekretariat ASEAN-BAC Gil Gonzales, Komite Bilateral Kadin-Korea Selatan (Korsel) Joohan Lee, Ketua Kadin Komite Bilateral-Kamboja Edwin Setiawan, dan Wakil Ketua Komite Bilateral Kadin-Kamboja Dalton Wong.