KOMPAS.com – Dompet Dhuafa memiliki cara tersendiri untuk mengatasi masalah pengairan sawah atau irigasi di Kabupaten Madiun.
Salah satu caranya adalah menghubungi pihak-pihak terkait untuk melakukan normalisasi saluran irigasi melalui Rumah Belajar Dompet Dhuafa (RBDD).
RBDD sendiri merupakan instansi pertama yang berinisiatif mengatasi masalah irigasi di Kecamatan Sawahan, Madiun.
Instansi yang diinisiasi jurnalis senior bernama Parni Hadi itu juga memiliki konsep pengembangan holistic RBDD usai normalisasi.
Baca juga: Kurangi Angka Kebutaan akibat Katarak, Dompet Dhuafa Selenggarakan Operasi Gratis
Konsep itu dilakukan dengan menanam pohon buah atau bunga di pinggir saluran, menebar benih ikan, membuat sumur biopori, embung, dan penampung air hujan untuk pengairan.
Langkah lain adalah mendirikan unit usaha pembuatan pupuk organik skala kecil dan makanan ternak (memanfaatkan sisa batang padi pascapanen), serta pengembangan demplot pertanian ramah lingkungan.
Ada pula kursus pertanian, seni budaya, bahasa Inggris, jurnalistik, industri rumahan, kuliner, kepramukaan, relawan sosial, kader sehat, dan wisata desa dengan atraksi alami.
Menurut Parni, perlu kerja sama multisektor untuk mewujudkan konsep tersebut, baik dari pemerintah, dinas, pelibatan masyarakat, dan komunitas pendukung.
Sebelumnya, kondisi saluran irigasi di Kabupaten Madiun memang mengalami kerusakan seperti pendangkalan atau penyempitan.
“Kondisi pengairan sawah atau irigasi di Kabupaten Madiun kini alirannya memang tidak sederas beberapa tahun silam,” kata Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Timur Kholid Abdillah dalam keterangan tertulis.
Pernyataan itu ia sampaikan saat mendampingi Kepala Subdirektorat Perencanaan, Direktorat Irigasi dan Rawa Kementerian PUPR Muhammad Tahid mengecek saluran irigasi di Madiun Rabu (29/1/2020).
Baca juga: Dompet Dhuafa Targetkan 1.000 Huntap Srikandi untuk Korban Gempa Sigi
Fenomena itu, imbuh Kholid, menimbulkan masalah bagi para petani yang mengandalkan air dari saluran irigasi tersebut.
“Para petani terpaksa membuat sumur tanah yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Hanya petani berkecukupan yang bisa melakukannya,” ujar dia.
Sementara itu, petani kurang mampu, harus rela keuntungan hasil taninya terpangkas untuk mendapat air dari sumur tanah yang dialirkan dengan pompa air.
Salah satu petani bersama Slamet yang merupakan binaan RBDD berharap agar segera dilakukan normalisasi saluran irigasi.
Baca juga: Entaskan Kemiskinan, Dompet Dhuafa Luncurkan Gerakan Ayo Bercita-cita
“Sehingga air kembali lancar dan jika hujan deras tidak menyebabkan banjir. Dengan irigasi lancar, kami bisa berhemat dan tidak mengeluarkan banyak biaya,” ujar dia.
Pada kunjungan tersebut, rombongan juga mengunjungi zona RBDD. Tahid beserta rombongan kemudian berdiskusi bersama petani mengenai sistem pengairan saat ini.
Ditjen Sumber Daya Air pun langsung merespons aspirasi petani, salah satuya adalah akan dilakukan pengerukan endapan di sepanjang saluran irigasi menggunakan ekskavator.