Kompas.com -Seiring berjalannya waktu, keberadaan hutan mulai terkikis akibat banyaknya peralihan fungsi lahan. Dulu hutan rindang dapat ditemui di hampir seluruh pulau di Indonesia, tetapi sekarang tidak lagi.
Nasib serupa turut terjadi pada hutan mangrove. Tak banyak orang yang paham akan pentingnya keberadaan hutan yang ada di sisi pantai ini, sehingga keberadaannya terabaikan.
Kurangnya pemeliharaan maupun kesadaran masyarakat menjadikan hutan mangrove kian terkikis dan mati. Contohnya seperti kawasan hutan mangrove di Ciberi Enggros, Jayapura.
Menurut koordinator Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Papua Rizky Fauzi Arianto, dahulu kawasan hutan mangrove ini memiliki pepohonan yang lebat.
Namun, kurangnya pemeliharaan menjadikan sebagian pepohonan mati. Kondisi ini akhirnya memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar, seperti abrasi pantai, gelombang pasang yang tak terbendung, hingga rusaknya habitat beberapa biota laut.
Baca juga: Permukaan Laut Naik, Hutan Mangrove Berpotensi Hilang pada 2050
Demi menyelamatkan kawasan hutan mangrove, DDV Papua dan Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa pun menginisiasi gerakan Sulam Mangrove.
Melalui gerakan ini DDV melakukan penanaman kembali bibit-bibit mangrove di pantai-pantai Papua, termasuk Ciberi Enggros.
“Jika tidak segera dilakukan penyulaman atau penanaman kembali, dikhawatirkan akan semakin merembet (masalahnya) dan akhirnya tidak ada yang meredam air laut ketika pasang,” kata Rizky menurut keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (18/7/2020).
DDV Papua berkolaborasi dengan Satuan Karya Pramuka pecinta hutan (Saka Wanabakti) dan Komunitas Kaswari Hijau untuk menyukseskan gerakan ini.
Obyektif gerakan ini bukan hanya pelestarian mangrove, tetapi juga memberi edukasi pada masyarakat mengenai hutan mangrove.
Baca juga: Pulau Kaledupa Wakatobi Jaga Mangrove Alami dengan Kearifan Lokal
Oleh sebab itu, pelaksanaannya pun meliputi kegiatan sosialisasi menggalakkan sosialisasi tentang manfaat hutan mangrove bagi kehidupan manusia.
Sosialisasi diselenggarakan dengan menggandeng komunitas Kespro dan Peer Counselor. Diharapkan sosialisasi ini dapat menumbuhkan kepedulian masyarakat setempat terhadap tumbuhan mangrove, sehingga turut menjaga dan merawat mangrove yang telah ditanam.
Dengan begitu, tak hanya mencegah abrasi dan menjaga biota laut, masyarakat juga dapat hidup lebih nyaman.
Melalui pesan singkat pada Selasa (14/7/2020), Rizky juga berharap dapat mengajak komunitas lain untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan penanaman mangrove di tempat mangrove lainnya, agar kawasan-kawasan pantai di Papua tetap hijau dan terhindar dari abrasi air laut.*