KOMPAS.com – Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Nasyith Majidi mengatakan, mahasiswa khususnya di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Budi Bakti harus memiliki karakter profetik, niat tulus dengan semangat tinggi, dan memperhatikan prinsip-prinsip adab dalam menuntut ilmu.
Dengan begitu, kata dia, ketika lulus mahasiswa tidak hanya menjadi manusia-manusia cerdas tetapi juga tidak membuat kerusakan besar.
“Ada empat karakter profetik yang harus dimiliki mahasiswa. Pertama, shiddiq. Karakter shiddiq atau jujur telah menjadi barang langka saat ini,” ujar Nasyith.
Bahkan, lanjut dia, kini semakin banyak orang yang cerdas tetapi tidak jujur. Akibatnya risiko kerusakan menjadi lebih besar.
Baca juga: Orang Cerdas Mudah Terdistraksi Saat Kerja
Pernyataan tersebut Nasyith sampaikan dalam orasi ilmiah menyambut mahasiswa baru (maba) STIM Budi Bakti tahun akademik 2021/2022 di Aula Masjid Al Madinah Dompet Dhuafa, Kemang, Bogor, Jawa Barat (Jabar), Minggu (19/9/2021).
Untuk karakter profetik kedua, ia menyebut, mahasiswa harus punya sifat tabligh atau menyampaikan.
Tabligh yang dimaksud adalah lulusan Kampus Budi Bakti harus mengamalkan, menyampaikan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta karakter profetik kepada orang lain.
“Jika tidak menyebarkan ilmu maka ibarat pohon tanpa buah, kering. Semakin banyak ilmu dibagikan kepada orang lain, maka ilmu terus berkembang,” ucap Nasyith dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (20/9/2021)
Baca juga: Gandeng Aqua, Dompet Dhuafa Sebarkan Ilmu Bisnis
Ketiga, sebut dia, amanah atau dapat dipercaya. Ia berharap lulusan kampus Budi Bakti menjadi orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menjaga amanah ketika mendapat kepercayaan.
Karakter profetik keempat, yaitu fathonah atau kecerdasan. Dari karakter ini Nasyith berharap, proses belajar mengajar di Kampus Budi Bakti dapat mencetak mahasiswa menjadi manusia-manusia cerdas hati dan pikirannya.
Untuk mewujudkan karakter profetik, ia menyatakan, bahwa STIM Budi Bakti harus menjadi center of excellence atau pusat ilmu pengetahuan.
Dengan kampus center of excellence, maka para mahasiswa dapat menimba ilmu pengetahuan dan mengaplikasikannya di kemudian hari.
Baca juga: Marsinah, Ibu yang Gendong Anak Disabilitas demi Menimba Ilmu Agama
"Kampus menjadi pusat ilmu pengetahuan. Tempat mempelajari ilmu amaliah dan ilmu ilmiah, kemudian mengimplementasikannya," jelas Nasyith, yang juga alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia berharap, lulusan STIM Budi Bakti dapat menjadi sarjana paripurna. Artinya, membentuk lulusan sarjana dengan karakter profetik kenabian, yaitu amanah, shiddiq, tabligh dan fathonah.
"Ijazah bukanlah orientasi kuliah di Kampus Budi Bakti. Pendidikan bukan hanya tentang kepemilikan gelar tertentu, tetapi juga harus berbasis pengetahuan, kemampuan, dan karakter.
Untuk diketahui, perusahaan-perusahaan besar tidak lagi hanya sekadar melihat gelar. Akan tetapi mereka juga menguji kapasitas yang dimiliki kelompoknya.
Baca juga: Membangun Infrastruktur Perhubungan Yang Paripurna
Oleh karenanya, kata Nasyith, lulusan paripurna profetik harus menjadi orientasi ketika mencari ilmu pengetahuan dan tidak menjadikan selembar ijazah sarjana sebagai tujuan.
Dalam kesempatan tersebut, Nasyith menyampaikan, mahasiswa harus berani bermimpi dan mengejar cita-cita.
Sebab, kata dia, mimpi bisa menjadi pendorong semangat untuk belajar, menuntut ilmu, berusaha, dan berjuang keras, konsisten hingga lulus.
"Di luar sana, persaingan semakin kompetitif. Maka dari itu, mahasiswa Kampus Budi Bakti harus memiliki kemampuan luar biasa,” ucap Nasyith.
Baca juga: Ajukan Proposal Dana Kompetitif Kampus Merdeka Vokasi, Simak Syaratnya
Menurutnya, kemampuan dan pengetahuan tidak selalu berasal dari buku atau bangku-bangku kuliah semata. Hal ini juga bisa berasal dari kegiatan organisasi, grup-grup diskusi, dan turun ke masyarakat untuk bertemu dengan berbagai masalah secara nyata.
Oleh karenanya, Nasyith meminta agar mahasiswa terus belajar dan tidak merasa paling pintar. Sebab, ketika hal ini terjadi, maka semua pintu belajar dan berkah keilmuan akan tertutup.
“Mahasiswa Budi Bakti harus selalu merasa lapar akan ilmu. Sepanjang merasa lapar maka mahasiswa tidak pernah berada di zona nyaman," imbuhnya.
Terlebih, kata Nasyith, menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Wajib yang dimaksud adalah harus dikerjakan bagi mereka yang mampu.
Baca juga: Mengapa sampai Ada Istilah Menuntut Ilmu hingga ke China?
Kewajiban menuntut ilmu, sebut dia, akan diberikan ganjaran oleh Allah Subhanahu wata'ala dengan menjanjikan derajat tinggi bagi orang-orang beriman dan berilmu.
“Saya berharap orang-orang beriman, berilmu dan hebat ada di antara kalian para mahasiswa STIM Budi Bakti,” ujar Nasyith.
Meski STIM Budi Bakti belum sehebat kampus-kampus mentereng di Indonesia dan dunia, ia meyakinkan para maba untuk percaya.
“Percaya bahwa dosen dan manajemen kampus memiliki hati, semangat dan ketulusan untuk memberikan yang terbaik bagi mahasiswa STIM Budi Bakti,” imbuh Nasyith.
Baca juga: Prospek Kerja Cerah, Intip Jurusan Kuliah Perpajakan dan Kampus Terbaik
Sebagai informasi, Dompet Dhuafa merupakan yayasan dengan visi mengangkat harkat martabat dan derajat kaum dhuafa.
Adapun visi tersebut didasarkan dari pesan dalam surat Al Ma'un untuk membantu kaum marjinal. Selain itu, mengangkat harkat martabat merupakan salah satu mewujudkan tugas negara dalam Pasal 34 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
“Seharusnya fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Akan tetapi kami tahu bahwa beban ini sangat berat. Negara belum sanggup mengangkatnya sendiri. Maka dari itu Dompet Dhuafa hadir membantu,” ujar Nasyith.
Baca juga: Peduli Pedagang Kecil, Dompet Dhuafa Lakukan Aksi “Borong Dagangan Pedagang”
Dompet Dhuafa, kata dia, bergerak berdasarkan tiga langkah, yaitu keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan.
Adapun mimpi Dompet Dhuafa, yaitu mewujudkan negara Indonesia menjadi negara baldatun toyyibatun wa robbun ghofur atau keadaan negeri yang menjadi dambaan dan impian seluruh manusia.