KOMPAS.com – Kepala Cabang Dompet Dhuafa Sulawesi Tenggara (Sulteng) Hasan Afif mengatakan, pihaknya berupaya mendukung peran guru dalam memberikan kebermanfaatan yang berkelanjutan dengan berbagi ilmu dan mengembangkan inovasi pembelajaran.
Salah satu upaya tersebut diwujudkan Dompet Dhuafa melalui program Sekolah Guru Indonesia (SGI) Master Teacher.
“Penyelenggaraan program SGI Master Teacher berasal dari dana zakat yang dikumpulkan dari berbagai wilayah di Indonesia,” imbuh Hasan seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (30/11/2021).
Dengan adanya program tersebut, ia berharap akan lahir para muzakki atau orang yang wajib berzakat di masa mendatang.
Baca juga: Muzakki Ramdhan Gambarkan Karakternya dalam Film Nussa
Pernyataan itu Hasan sampaikan saat menghadiri prosesi wisuda 25 guru honorer ‘SGI Master Teacher Angkatan ke-44 di wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulteng’ di Aula Gedung Kantor Bupati Konawe Kepulauan, Minggu (28/11/2021).
Acara wisuda tersebut diadakan sebagai bentuk penobatan kepada para guru peserta yang telah tuntas mendapatkan ilmu-ilmu di SGI Master Teacher.
Secara serentak di hari yang sama, wisuda SGI Master Teacher Angkatan ke-44 berlangsung di empat wilayah, yaitu Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan (Sumsel), Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Wisuda tersebut sekaligus mengakhiri program pembinaan dan pelatihan kompetensi guru yang sudah dilaksanakan selama tiga bulan sejak September hingga November 2021.
Baca juga: Momen Hari Guru 2021, Menag Pastikan Kesejahteraan dan Kompetensi Guru
Untuk diketahui, masa perkuliahan SGI Master Teacher diadakan secara daring dan luring sebanyak satu kali dalam sepekan selama kurun waktu tiga bulan.
SGI Master Teacher merupakan program pelatihan dan pendampingan profesi guru.
Program tersebut bertujuan untuk melahirkan guru-guru pemimpin di masa depan dengan menggunakan kurikulum perkuliahan ‘10 Kepemimpinan Guru Indonesia’.
SGI Master Teacher juga diselenggarakan di delapan wilayah, yaitu Bengkulu Utara, Musi Rawas Utara, Lombok Barat, Konawe Kepulauan, Bantaeng, Bone, Kutai Kartanegara, dan Sumbawa.
Sekolah Guru Indonesia (SGI) sendiri dihadirkan dengan maksud membawa harapan dan semangat baru bagi guru untuk terus belajar dan mengembangkan kapasitas, kreasi, dan inovasi dalam pembelajaran.
Adapun tujuan dari pengembangan inovasi dalam pembelajaran tersebut demi menyediakan layanan pendidikan berkualitas bagi peserta didik.
Momen wisuda SGI Master Teacher ke-44 menjadi penguat niat dan tekad guru untuk mengemban misi mulia itu sebagai pengajar, pendidik, serta siap menjadi pemimpin bagi kelas ajar dan lingkungannya.
Salah satu aktivis SGI domisili Konawe Kepulauan, Nardis memberikan apresiasi terhadap para guru yang memiliki tekad kuat untuk mengikuti program SGI hingga selesai.
Baca juga: Perjuangan Citra, Guru di Wilayah 3T, Mengabdi Tanpa Pamrih di Pedalaman NTT
“Meski banyak tantangan besar yang harus dihadapi, tetapi adanya semangat para guru mendorong saya lebih bersemangat dalam menyampaikan materi perkuliahan tiap pekannya,” ujarnya.
Lebih lanjut Nardis mengatakan, tantangan terbesar dalam pelaksanaan program SGI Master Teacher adalah fasilitas belajar seperti jaringan internet yang belum cukup memadai di beberapa lokasi tempat tinggal guru.
Seperti diketahui, sebagian besar perkuliahan dilakukan secara daring. Selain itu, jarak yang ditempuh guru saat perkuliahan luring pun cukup jauh dengan kondisi jalan yang masih dalam tahap pembangunan.
“Di sisi lain, wawasan guru-guru di wilayah tersebut terkait inovasi dan kreativitas pembelajaran masih sangat terbatas,” ucap Nardis.
Baca juga: Cerita Guru Honorer di Ende yang 7 Bulan Belum Terima Gaji ...
Belum lagi, lanjut dia, dengan tuntutan kebutuhan belajar peserta didik yang terus meningkat dan bervariasi.
Kendala tersebut juga dipengaruhi adanya acuan standar nasional pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
“Program SGI Master Teacher perlu akselerasi pelatihan sedetail mungkin dari pengetahuan dasar sampai pada keterampilan teknis mengajar guru. Ini termasuk pendampingan guru-guru secara intensif oleh pengelola program,” ujar Nardis.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas (Kadin) Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Konawe Kepulauan, Muhammad Yani mengucapkan terima kasih kepada SGI.
Pasalnya, sebut dia, SGI telah memotivasi dan berkontribusi bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) pendidikan di Kabupaten Konawe Kepulauan.
“Semoga guru-guru yang telah mengikuti program SGI Master Teacher dapat mengembangkan inovasi secara profesional dalam mengajar. Hal ini untuk memberikan pendidikan yang layak bagi peserta didik,” ujar Yani.
Tak hanya itu, lanjut dia, para wisudawan diharapkan dapat menghadapi perubahan dan menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Baca juga: Pekan Depan Dinas Pendidikan Kota Bekasi Akan Gelar PTM Terbatas untuk PAUD
“Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pos anggaran terbesar di kabupaten. Terdapat beberapa strategi prioritas yang kami targetkan,” imbuh Yani.
Strategi pertama, kata dia, pengembangan SDM guru melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Strategi prioritas kedua, mempersiapkan laboratorium komputer untuk mengenalkan lebih dekat siswa dengan teknologi.
“Untuk itu perlu SDM guru yang menguasai cara menggunakan dan mengelola perangkat tersebut,” ucap Yani.
Dalam kesempatan tersebut, para guru berharap, program SGI Master Teacher menjadi stimulus untuk meluruskan niat sebagai guru, menambah wawasan keilmuan, dan menanamkan nilai-nilai kepemimpinan.
Kemudian diharapkan pula dapat mengembangkan profesi secara berkelanjutan, memperkuat kecintaan dan kebanggaan terhadap profesinya, serta membawa dampak perubahan yang positif bagi para siswa dan pembelajaran di kelas.
Adapun kegiatan wisuda itu ditutup dengan pemaparan kesan-kesan perjuangan para guru.
Kesan yang dimaksud mulai dari mendaftarkan diri hingga menyelesaikan program SGI Master Teacher dengan berbagai tugas yang diberikan hingga tugas-tugas wajibnya sebagai seorang guru.
Baca juga: 1.319 Guru Honorer di Kabupaten Bogor Diangkat Jadi PPPK, Segini Gajinya
Para guru mengaku kendala yang paling sering terjadi adalah jaringan internet dan perjuangan membagi waktu antara tugas SGI dengan keluarga dan aktivitas sehari-hari yang cukup padat.
Kendati demikian mereka juga merasa senang bisa menyelesaikan dan mengatasi kendala tersebut hingga lulus.
Salah satu peserta wisuda, Yani Yustina (38) mengatakan, bagian paling berkesan baginya selama mengikuti pelatihan tiga bulan adalah saat super camp.
Ia mengaku banyak belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik sehingga anak-anak didik dapat mendengarkan dan mengikuti apa yang diarahkan pengajar.
Baca juga: Risma: Kenalkan Anak Didik PAUD untuk Tidak Ambil Hak Orang Lain
“Secara keseluruhan, saya mendapatkan banyak pembelajaran dan pengetahuan baru di SGI. Setelah saya terapkan di kelas, memang sangat berbeda sekali suasananya. Siswa-siswi jadi lebih aktif, seru, dan senang. Saya pun sebagai guru lebih efektif dalam menyampaikan pembelajaran," ucap Yustina.