KOMPAS.com - Dompet Dhuafa melakukan kunjungan ke Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, untuk menengok sejauh mana manfaat program Grant Making yang diberikan kepada komunitas “Omah Madu” tiga tahun lalu, Selasa (7/6/2022).
Untuk diketahui, Grant Making merupakan program social entrepreneur yang dicetuskan Dompet Dhuafa. Caranya dengan memberikan modal pengembangan usaha dengan syarakat penerima modal bisa mengajak atau menggerakan masyarakat sekitar.
Adapun modal yang diberikan berasal dari dana zakat beberapa lembaga maupun perorangan.
Saat menerima kunjungan Dompet Dhuafa, para penerima manfaat program Grant Making mengaku mendapatkan banyak manfaat.
Baca juga: Jalin Kerja Sama dengan Dompet Dhuafa, BI Salurkan Wakaf ke RS Hasyim Asyari Jombang
Salah satu manfaatnya adalah kemudahan dalam memasarkan madu karena ditampung oleh koperasi “Sumber Rejeki”. Koperasi ini didirikan bersamaan dengan pembentukan komunitas “Omah Madu” yang terdiri dari 42 peternak madu Hutan Wanagama.
Ketua Koperasi Sumber Rejeki, Budi mengatakan, harga jual madu pun menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diperoleh ketika memasarkan madu secara personal.
Ia mengungkapkan, dari mahalnya madu dan penghasilan yang didapat tak sebanding dengan penghargaannya kepada Dompet Dhuafa yang telah banyak memberdayakan masyarakat Playen.
Oleh karenanya, Budi menyampaikan terima kasih kepada Dompet Dhuafa beserta para donaturnya.
Baca juga: LPI Dompet Dhuafa Minta Lulusan SMART Ekselensia Mampu Jawab Tantangan Bangsa
"Saya menghargai Dompet Dhuafa lebih dari saya menghargai harga madu-madu ini," ucapnya haru kepada tim Dompet Dhuafa.
Untuk diketahui, Dompet Dhuafa telah banyak memberikan kemajuan di Playen pada 2019, khususnya kepada para peternak madu.
Melalui sebuah skema zakat pemberdayaan ekonomi, Dompet Dhuafa mengumpulkan 42 peternak madu Hutan Wanagama untuk maju bersama.
Sebagai upaya lebih lanjut, komunitas “Omah Madu” dibentuk sebagai tempat belajar dan berbagi ilmu mengenai segala tentang lebah dan madu.
Baca juga: 3 Cara Membedakan Madu Murni dan Oplosan
Selain komunitas, Dompet Dhuafa bersama peternak juga mendirikan koperasi “Sumber Rejeki” untuk menampung hasil panen madu.
Dengan adanya koperasi tersebut, para anggota diharapkan tidak pusing dalam memasarkan madu karena semua telah difasilitasi oleh Sumber Rejeki.
Budi mengatakan bahwa jumlah produksi madu memang tidak menentu karena tergantung musim.
“Masa yang paling banyak menghasilkan madu tentu saat musim semi, karena bunga-bunga dan daun-daun tumbuh dengan lebat,” ujarnya.
Baca juga: Pabrik Madu Oplosan di Palembang Digerebek Polisi, 2 Orang Ditangkap
Meski tergantung musim, lanjut Budi, Dompet Dhuafa dan para anggota komunitas Omah Madu berupaya untuk terus mendapatkan panen meski bukan pada musimnya.
Ia menjelaskan, Dompet Dhuafa mulanya memberikan bantuan sebanyak 150 kotak beserta isi koloni lebah di dalamnya.
“Hampir satu tahun berlangsung, panen pertama mendapatkan 32 liter madu. Jika dikali dengan harganya senilai Rp 600.000, maka hasil yang diperoleh adalah sekitar Rp 19,2 juta per panen," ucap Budi.
Setiap kali panen, sebut dia, koperasi dan masing-masing anggota menyisihkan dana untuk tabungan di koperasi.
Baca juga: Genjot Produksi Susu, Peternak Sapi Perah Didorong Jadi Anggota Koperasi
Komunitas Omah Madu sendiri menamai produk mereka dengan label “Madu Masigama” yang diambil dari kepanjangan Madu Asli Wanagama. Pasalnya, madu ini diambil dari Hutan Wanagama.
Menurut Budi, madu Masigama sementara ini paling banyak laku pada skala lokal di Gunungkidul.
Meski demikian, kata dia, Omah Madu bersedia mengirim beberapa pesanan dari luar daerah apabila ada kelebihan stok.
“Waktu itu pernah ragu, apa madu seharga Rp 600.000 bisa laku. Ternyata malah banyak peminatnya. Dari segi kualitas, madu Masigama memang banyak diakui oleh para penikmat madu,” imbuh Budi.
Baca juga: Teh Madu dan Iklan Layanan Masyarakat, Cara Korut Hadapi Covid-19
Dari kabar positif tersebut, Budi mengungkapkan beberapa keluhan para peternak lebah, yaitu ketika koloni lebah minggat atau kabur dari kotak sarang yang disediakan.
Apalagi, kata dia, jika kotak tersebut belum banyak menghasilkan panen madu. Sebab, mengundang sekelompok koloni lebah datang dan betah sangatlah sulit.
“Hal yang kami sedihkan itu kalau ada kotak yang belum banyak dipanen tapi lebah-lebahnya sudah pergi. Ya bagaimana lagi, ternak madu itu tidak seperti ternak hewan-hewan lain. Kalau tidak nyaman sedikit ya pergi,” jelas Budi.
Baca juga: Cara Menyimpan Madu dengan Benar agar Tetap Enak
Guna memperkuat komunitas Omah Madu serta memperluas pemberdayaan, ia pun mencoba bergabung dengan beberapa komunitas madu lainnya, baik skala lokal maupun nasional.
Melalui pengamatannya, Budi menilai bahwa Masigama adalah madu dengan kualitas terbaik di antara madu hutan lainnya.
“Saya tergabung dalam beberapa komunitas madu di Gunung Kidul dan juga luar Gunungkidul. Saya sengaja beli beberapa produk madu. Saya coba tes dengan madu Masigama dan hasilnya pun masih Masigama yang terbaik,” imbuhnya.