KOMPAS.com – Dompet Dhuafa melalui program Tebar Hewan Kurban ( THK) mulai mempersiapkan hewan kurban terbaik untuk Idul Adha 1443 Hijriah (H).
Adapun hewan kurban yang dipersiapkan tersebut berasal dari Dompet Dhuafa (DD) Farm, yakni pemberdayaan hewan ternak di beberapa wilayah.
Tidak hanya itu, Dompet Dhuafa juga memberdayakan para peternak lokal di seluruh Indonesia, termasuk di Sulawesi Tenggara ( Sulteng) untuk menjadi mitra penyaluran daging kurban hingga ke pelosok negeri.
Ketua Bidang Program Dompet Dhuafa Sulteng, Usman mengatakan, Sulteng memiliki banyak peternakan sapi lokal yang dapat memenuhi kebutuhan hewan kurban untuk masyarakat setempat.
“Nantinya akan ada 350 ekor sapi yang diambil dari para peternak lokal di Sulteng dan didistribusikan di wilayah tersebut,” jelas Usman dalam keterangan persnya, Selasa (21/6/2022).
Baca juga: Lewat Kurbanaval 2022, Dompet Dhuafa Tebar Hewan Kurban ke Pelosok Indonesia
Di tengah kerisauan wabah penyakit mulut dan kuku ( PMK), Usman mengaku, Dompet Dhuafa telah melakukan beberapa quality control kepada hewan ternak yang akan dikurbankan, termasuk Sulteng.
“Hal ini dilakukan agar para sahibul kurban merasa aman dan nyaman untuk melakukan kurban di tengah ketakutan masyarakat terhadap wabah PMK belakangan yang terjadi di Indonesia,” ungkap Usman.
Adapun quality control yang dilakukan mulai Jumat (17/6/2022) hingga Rabu (22/6/2022), untuk mengukur kelayakan hewan kurban dari segi berat ukuran hingga kesehatan hewan kurban, khususnya hewan ternak sapi yang rentan terserang PMK.
“Kami bersama tim sudah mulai bergerak menyusuri hampir seluruh Kabupaten dan Kota di Sulteng untuk memastikan langsung kondisi sapi kurban dan para mitra peternak,” kata Usman.
Dari hasil quality control tersebut, kata dia, ditemukan bahwa angka penyebaran wabah PMK di Sulteng masih terbilang kecil, apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Baca juga: Dompet Dhuafa Bantu Peternak Naik Kelas Lewat Program Tebar Hewan Kurban
Usman menambahkan, kunci keberhasilan peternak Sulteng dalam menghadapi wabah tersebut didasari pada tradisi beternak yang sudah ada sejak lama.
“Salah satu keunikan dari para peternak di Sulteng dengan cara melepas liarkan sapi-sapinya sehingga hewan ternak ini jadi jarang berinteraksi dengan manusia dan potensi penularan PMK kecil. Namun, risikonya ketika melakukan quality control jadi lebih sulit karena sapinya liar,” katanya.
Sebagai informasi, para peternak sapi di Sulteng memiliki tradisi unik untuk melepas liarkan sapi mereka di hutan dan padang rumput. Saat pemiliknya memanggil dengan panggilan tertentu, sapi-sapi itu akan datang mendekat.
Baca juga: Peternak Madu di Gunungkidul Ungkap Manfaat Program “Grant Making” Dompet Dhuafa
Namun, ketika ada orang asing yang memanggil atau mendekat, sapi-sapi itu akan lari karena jarang berinteraksi dengan manusia kecuali pemiliknya.
Hal itu yang menjadi tantangan tersendiri bagi tim quality control Dompet Dhuafa yang akan datang ke lokasi.
Makanya, kata Usman, KolaborAksi antara peternak dan tim Dompet Dhuafa sangat dibutuhkan untuk menyukseskan agenda quality control di Sulteng.
“(Tradisi unik ini) Bukan menjadi halangan bagi Dompet Dhuafa untuk memberikan pelayanan kurban terbaik bagi para sahibul kurban pada Idul Adha 1443 H,” katanya.