KOMPAS.com – Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa menggelar program Children For Peace dengan tema Yatim dan Perdamaian Dunia. Adapun acara ini mengumpulkan 41 anak yatim beserta wali atau ibunya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Spesialnya lagi, ke-41 anak yatim tersebut hadir dengan mengenakan pakaian khas daerahnya selama lima hari, mulai dari Senin (10/10/2022) hingga Jumat (14/10/2022), di kawasan Jakarta dan Bogor.
Kepala LPM Dompet Dhuafa Noor Awaluddin mengatakan, digelarnya program tersebut adalah untuk memberikan peluang kepada generasi muda Indonesia untuk dapat tampil di kancah internasional.
Selain itu, Dompet Dhuafa juga berharap anak-anak Indonesia dapat berkontribusi dalam menyuarakan perdamaian dunia sejak kecil.
Baca juga: Pendiri eTahfizh Dompet Dhuafa Sebut 2 Cara Kelola Sumber Air, Pangan, dan Energi Berbasis Wakaf
“Kita mengumpulkan adik-adik untuk menjadi bagian dari suara anak-anak Indonesia dalam menyuarakan perdamaian dunia. Sebab, di luar sana masih banyak terjadi peperangan, saling benci, dan saling menjatuhkan.
“Kita di Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat yang berbeda, namun tetap bisa hidup rukun dan harmonis. Nah, kami ingin munculkan ini kepada dunia, bahwa perbedaan tidak menjadi alasan untuk saling berperang dan kami yakin adik-adik ini adalah calon orang besar di Indonesia,” ungkap Awaluddin dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (12/10/2022).
Hal itu disampaikan oleh Awaluddin dalam program Children For Peace yang digelar di Sofyan Hotel Cut Meutia Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Senin (10/10/2022).
Dalam acara tersebut, turut hadir dan memberikan sambutan dalam acara pembukaan, yaitu Ketua Pelaksana acara Hari Agung, Kepala LPM Dompet Dhuafa Noor Awaluddin, Senior Officer Layanan Sosial Kamaluddin, dan General Manager Layanan Sosial Dompet Dhuafa Juperta Panji Utama.
Baca juga: DMC Dompet Dhuafa Kirim 300 Paket Hygiene Kit untuk Penyintas Banjir di Pakistan
Awaluddin melanjutkan, terbentuknya program ini juga sebagai wadah untuk jaringan penerima manfaat program yatim di Nusantara.
“Program ini hadir untuk membuka peluang dan motivasi bagi anak yatim agar mereka memiliki keinginan kuat mewujudkan cita-cita mereka,” jelas Awaluddin.
Alasan Dompet Dhuafa memilih anak yatim sebagai agen perdamaian dunia, sebut Awaluddin, karena anak yatim merupakan anak yang spesial dan banyak dalil-dalil yang menunjukkan kemulian anak yatim.
“Para peserta yang terpilih mengikuti acara ini dipilih dari hasil seleksi oleh tim LPM. Mereka adalah anak-anak dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yang memiliki kemampuan bahasa asing dan juga memiliki prestasi di bidang akademik maupun nonakademik,” ujar Awaluddin.
General Manager Layanan Sosial Dompet Dhuafa Juperta Panji mengatakan, program itu akan menjadi awal sebagai acara kongres nasional bagi anak-anak yatim setiap tahunnya.
Ia juga berharap para peserta yang hadir dapat menjadi agen-agen perdamaian dunia, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga untuk dunia.
Baca juga: Peduli Penyintas Banjir Pakistan, Dompet Dhuafa Bantu Pembangunan Rumah Sementara
“Mulai hari ini dan seterusnya, LPM Dompet Dhuafa mengajak adik-adik semuanya untuk menjadi pelopor sebagai orang yang sibuk, bergembira, dan berbahagia dalam bermain dan belajar untuk mencapai cita-cita.
“Saatnya kita mengubah keterbatasan menjadi kekuatan. Caranya adalah dengan mensyukuri apa yang kita punya dan yang kita dapat dari Allah. Yang kedua dengan berusaha mencapai seluruh kebaikan dan kebenaran,” ujar Panji.
Tak hanya itu saja, Dompet Dhuafa juga memberikan fasilitas kepada para peserta untuk bisa berdialog dengan pejabat pemerintah setempat.
Selanjutnya, Dompet Dhuafa juga mengajak mereka untuk berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Jambore anak yatim Nusantara, menulis goresan tangan-tangan kecil untuk perdamaian dunia, beasiswa yatim, dan pembuatan buku cita-cita.
Baca juga: IK Dompet Dhuafa dan Rebach Internasional Luncurkan Re-Space untuk Bantu Optimalkan SDM Terampil
Datang sebagai salah satu tamu, Faisal Husain bersama dengan istri dan kelima anaknya yang berasal dari Sudan sudah tinggal di Indonesia selama 10 tahun. Awal kedatangannya adalah untuk mengungsi karena negaranya mengalami perang.
“Saya senang tinggal di Indonesia karena warganya begitu ramah, damai, dan nyaman. Meski begitu, saya dan keluarganya tetap berharap keadaan di negaranya membaik dan dapat kembali berkumpul dengan keluarga besar di Sudan,” ujar Faisal.
Tak hanya itu, salah satu peserta asal Padang Azzahra Anastasya mengaku senang bisa mendapatkan kesempatan untuk bisa mengikuti acara World Peace tersebut. Ia berharap keikutsertaannya bisa turut membantu munculnya perdamaian dunia.
“Seperti temanya, saya mengikuti kegiatan ini karena ingin ikut terlibat dalam aksi perdamaian dunia bersama Dompet Dhuafa,” ungkap Azzahra.