KOMPAS.com – Tiga bulan sejak gempa Cianjur terjadi pada November 2022, sebagian masyarakat berangsur-angsur mulai meninggalkan tenda pengungsian dan beralih tinggal di hunian sementara ( huntara).
Salah satunya adalah Agus Falahudin. Penyintas gempa Cianjur dari Kampung Pangkalan, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang kini sudah mendapatkan Huntara Bumi Endah Dompet Dhuafa (Bunga).
Terkait hal itu, ia mengaku terharu karena sudah pasrah tidak akan punya rumah lagi.
“Saya berdoa sambil berteriak dan menjerit kepada Allah. Saya mau memiliki rumah untuk keluarga saya. Jangan sampai saat Ramadhan nanti (kami) tidur di tenda,” ungkapnya dalam siaran pers, Kamis (26/1/2023).
Agus menyebutkan, sebelum gempa dia memiliki rumah permanen yang dibangun dari bata dengan tiga kamar. Saat terjadi gempa, dia tidak mau melihat rumah-rumah yang tinggi dengan bata-bata.
Baca juga: Shoecial Moevement 2023, Gerakan Membagikan 1.000 Sepatu untuk Penyintas Gempa Cianjur
“Saya juga merasa, bahkan mungkin lansia-lansia juga tidak mau (rumah bata). Saya mau rumah seperti huntara. Enggak mau rumah yang bagus menjulang tinggi, sederhana saja juga tidak apa-apa, yang penting, nyaman dan keselamatan keluarga saya lebih terjamin,” ujarnya.
Untuk membangun huntara, Agus menggunakan kembali pintu bekas rumahnya yang rusak akibat gempuran gempa.
Dia juga menggunakan bahan material baru untuk melengkapi fondasi dan pembangunan Huntara Bunga miliknya yang juga merupakan model percontohan ini.
“Saya bergotong royong bersama warga (untuk membangun huntara), kerja bareng-bareng. Sekarang (huntara) saya sudah selesai,” ungkapnya.
Namun, Agus dan keluarga belum akan menempati Huntara Bunga sebelum semua anggota kelompok masyarakat Kampung Pangkalan telah memiliki Huntara Bunga.
Baca juga: Kisah Relawan Bencana Dompet Dhuafa, Awalnya Coba-coba Jadi Keterusan
Sebagaimana semangat gotong-royong yang diwariskan DMC Dompet Dhuafa, Agus dan anggota kelompok lainnya akan membantu pembangunan Huntara Bunga sampai selesai.
Dengan begitu, tidak ada lagi jiwa yang tercekik akibat terik panas matahari dan membiru pilu akibat hunusan udara dingin malam hari.
“Alhamdulillah saya berterima kasih kepada keluarga DMC Dompet Dhuafa dan semua keluarga besarnya. Semoga kebaikan ini diganti oleh Allah SWT dan diberikan umur yang panjang kepada keluarga besar Dompet Dhuafa,” ungkapnya.
Agus mengaku tidak bisa membalas budi kepada keluarga besar DMC Dompet Dhuafa dan rekan-rekan (donatur).
“Insyaallah DMC Dompet Dhuafa terus maju, panjang umur, diberikan rezeki sebesar-besarnya. Saya sebagai keluarga cuman bisa mendoakan, tidak bisa apa-apa,” harapnya.
Baca juga: Selama 29 Tahun, Dompet Dhuafa Berupaya Kembangkan Layanan Ziswaf Sesuai Perkembangan Zaman
Untuk diketahui, Huntara Bunga adalah hunian percontohan yang mengusung konsep recycle house atau dibangun dari sisa-sisa puing rumah yang rusak akibat gempa.
Hunian yang dibantu dibangun oleh Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dilengkapi dengan bahan-bahan material baru hingga bisa berdiri tegak.
Huntara Bunga terdiri dari dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu, dan satu teras dengan luas mencapai 7 x 5 meter (m) persegi.
Keunikan dari Huntara Bunga adalah dari aspek pemberdayaan. Jadi DMC Dompet Dhuafa dan Recycle House Program (RHP) hanya menyosialisasikan tata cara pembangunan hunian.
Masyarakat akan mendapatkan ilmu tentang pembangunan huntara dan segala bahan dasar serta ukuran yang tepat dalam membangun hunian yang aman dan nyaman.
Salah seorang penyintas gempa Cianjur dari Kampung Pangkalan, Agus Falahudin mengaku terharu karena sudah pasrah tidak akan punya rumah lagi.
Baca juga: 151 Huntap Tahap II Dibangun untuk Warga Terdampak Gempa Cianjur
Lebih lanjut, Agus menceritakan pengalamannya merasakan gempa bumi dan hidup di tenda sementara bersama keluarga dalam dua bulan ini.
“Dahulu saya melihat gempa bumi seperti ini hanya di televisi saja, tapi sekarang gempa bumi terjadi di tempat saya sendiri. Apakah ini kehendak Tuhan atau azab bagi saya sendiri. Saya sampai menangis melihat kondisi sekitar,” katanya.
Sebelumnya, Agus bersama istri dan kedua anaknya menetap di tenda yang telah disediakan secara kolektif dari pihak RT.
Namun, dia dan keluarganya memutuskan untuk mendirikan tenda sementara pribadi yang dihuni istri, kedua anak, dan mertuanya.
Agus memilih untuk mendirikan tenda sementara demi keselamatan dan kenyamanan keluarga. Saat ini, ia tinggal tinggal di tenda sementara dengan luas sekitar dari 1 x 4 m.
Baca juga: Lewat Sekolah Ceria, Dompet Dhuafa Bantu Pulihkan Semangat Guru di Cianjur
“Tinggal di tenda milik RT. Dua tenda pleton, ada yang sebelah barat dan timur. Saat di tenda saya melihat kondisi tenda ketika hujan. Di satu sisi saya tidur beralaskan tikar di tanah, belum ada pallet seperti sekarang,” ujarnya.
Saat melihat anak-anak dan balita menangis, akhirnya dia berpikir memiliki tenda sendiri untuk satu keluarganya.
“Tidur di tenda pasti kedinginan. Saya melihat anak kedinginan juga, hati saya jadi sakit melihatnya. Tapi yang penting saya sudah selamat, alhamdulillah diberikan kesehatan,”paparnya.
“Namun, ketika malam datang, saya merasa ngeri (terjadi gempa bumi), saya nggak mau melihat larut malam, maunya melihat siang aja,” imbuhnya.
Agus menambahkan, setiap Senin saat waktu menunjukkan lewat dari pukul 13:00, dia sudah mulai merasa lebih baik. Sebab, pukul itulah kejadian gempa menimpa keluarganya dan masyarakat Cianjur.
Baca juga: Dompet Dhuafa Hibahkan Bantuan untuk Siswa dan Guru MI Bina Ihsani Pandeglang
Istri Agus yang bernama Siti Samsiah menambahkan, dia jarang berada di dalam tenda sementara karena saat siang suhu dan cuaca sangat mencekik akibat teriknya panas matahari.
Di satu sisi, saat malam menjemput suhu udara dan cuaca turun drastis menjadi dingin.
“Kalau malam sekitar jam 20:00 ke atas, dinginnya minta ampun. Apalagi kalau sudah ada angin gede, ya Allah ngeri,” ujar perempuan yang akrab disapa Teh Neng itu.
Terkait gempa yang menghancurkan rumahnya, dia menyebutkan, kenangan-kenangan di rumah terdahulu sulit dilupakan karena semuanya ada di rumah.
“Mulai dari saya anak-anak, saat di jenjang SD, SMP, dan SMA sampai saya memiliki anak dua, semua kenangan itu tercipta di rumah. Saya nggak kebayang punya rumah lagi,” terangnya.
Kini, Teh Neng pun bersyukur karena memiliki huntara dari DMC Dompet Dhuafa.
“Alhamdulillah senang sekali ya Allah, dapat rumah lagi. Alhamdulillah rumahnya bagus, insyaallah aman dari gempa, insyaallah jadi berkah untuk semua. Beribu-beribu alhamdulillah,” imbuh Teh Neng.
Adapun semua upaya dari DMC Dompet Dhuafa merupakan buah hasil gotong-royong kawan baik yang turut serta dalam gerakan Bantos Cianjur Pulih: Dari Kita Untuk Cianjur Bangkit.
Melalui gotong-royong kawan baik, gerakan tersebut mampu membantu penyintas terdampak gempa bumi Cianjur memiliki hunian layak.
Tak hanya itu, gerakan itu turut membantu mengenalkan konsep pembangunan berkelanjutan yang mengusung pola hidup recycle kepada masyarakat.
Kawan baik juga memberikan pemberdayaan dan perubahan jangka panjang bagi penyintas dalam menghadapi masa mendatang dan bangkit dari keterpurukan gempa bumi yang telah merenggut kehidupannya.
Kawan baik dapat mengunjungi tautan digital.dompetdhuafa.org untuk terlibat dalam gerakan Bantos Cianjur Pulih: Dari Kita Untuk Cianjur Bangkit. Saatnya Indonesia Berdaya Hadapi Bencana.