KOMPAS.com - Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Yudi Latif mengatakan, tata kelola demokrasi menjadi kunci bagi tata kelola nilai, karakter, dan ekonomi.
“Mencari tata kelola politik ekonomi demi kesejahteraan kuncinya di pengelolaan politik yang baik. Politik bukan kuasa demi kuasa, bukan demi pemilu. Politik itu punya tugas transformasi sosial masyarakat,” ujarnya.
Hal tersebut dikatakan Yudi Latif saat memberikan kuliah umum bertema “Manajemen Kepemimpinan Negara Demokratis” di Kampus Budi Bakti, Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/2/2024).
Yudi mengungkapkan, politik yang demokratis mempunyai tugas menjaga keragaman persatuan nasional Indonesia.
“Namun, jika demokrasi hanya menguntungkan segelintir orang kaya, maka akan muncul gejolak di masyarakat,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (23/4/2024).
Baca juga: Peduli Lingkungan, DMC Dompet Dhuafa dan Pemkot Ternate Teken Kerja Sama Pengelolaan Sampah
Dia menyebutkan, faktanya demokrasi Indonesia sejak zaman Presiden Sukarno sampai zaman reformasi saat ini adalah masih ditemukan kesenjangan ekonomi.
“Bahkan, kesenjangan makin meningkat setelah reformasi. Demokrasi membuat kesenjangan ekonomi semakin melebar, persatuan semakin merenggang,” katanya.
Yudi mencontohkan, keberpihakan negara dalam pembuatan undang-undang (UU) yang terkait dengan kepentingan rakyat akan sangat lama dibahas.
“Sementara itu, UU yang berkepentingan dengan usaha segelintir orang kaya (yang0 berkuasa akan lebih cepat pembahasan dan pengesahan,” terangnya.
Berbicara di hadapan mahasiswa Kampus Budi Bakti, cendekiawan muslim itu turut mengajak mahasiswa menyelami hal-hal mendasar mengenai demokrasi dan tujuannya.
Baca juga: Lewat Cine Charity #6, Dompet Dhuafa Ajak Anak-anak Yatim Menonton Film Buya Hamka
Dia menjelaskan, peradaban negara bangsa bisa berlangsung dengan baik apabila tata kelola politik demokrasi berjalan baik, tata kelola ekonomi berkeadilan, dan tata kelola nilai karakter terbentuk dengan baik.
“Kondisi Indonesia saat ini merujuk pada kata-kata Sukarno ‘Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terjajah’,” ungkapnya.
Yudi mencontohkan, ciri negara dengan ekonomi terjajah adalah rakyat membeli barang-barang semahal-mahalnya, tetapi produsen menjual barang semurah-murahnya.
Terakhir, Yudi berpesan mengenai kepemimpinan dan keberlanjutan. Keberlanjutan program pemerintah atau negara seharusnya terlembagakan, bukan dengan keberlanjutan kepemimpinan dari hubungan darah.
Baca juga: Yayasan Amal Khair Yasmin Gandeng Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan untuk Palestina