KOMPAS.com - Dompet Dhuafa bersama para mitra lokal Palestina menyalurkan amanah donatur berupa Parsel Ramadhan kepada 400 kepala keluarga (KK) pengungsi di Jabalia Camp, Gaza Utara, Palestina.
Parsel Ramadhan tersebut telah tiba di Gaza Utara, Palestina pada Selasa (23/4/2024). Sesampainya di Gaza Utara, bantuan berupa makanan pokok ini disajikan langsung untuk para pengungsi yang diharapkan dapat membantu meringankan duka Palestina.
Parsel Ramadhan merupakan salah satu program kolaborasi antara Dompet Dhuafa dengan semua mitra dan donaturnya untuk masyarakat Palestina.
“Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada masyarakat Indonesia, yang memiliki kepedulian terhadap isu kemanusiaan yang terjadi di Palestina,” tutur General Manager Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Arif Rahmadi Haryono dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (25/4/2024).
Baca juga: Wisatawan Bandel Mandi di Pantai Paseban, Relawan Ingatkan Bahaya Pakai Kantong Jenazah
Para relawan juga merasakan kebahagiaan saat melihat senyuman anak-anak dan keluarga dari syuhada penerima bantuan dari masyarakat Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Arif menegaskan bahwa Dompet Dhuafa terus berkomitmen untuk menyampaikan bantuan kepada Palestina dalam berbagai bentuk.
Sebagai lembaga yang peduli terhadap kemanusiaan, kata dia, Dompet Dhuafa hadir menjadi penghubung yang menggalang kebaikan untuk sesama.
Seperti yang diadvokasi oleh Dompet Dhuafa melalui #RamadanMendekatkan, momen Ramadhan 1445 Hijriah (H) adalah kesempatan bagi umat Islam untuk mendapatkan kebaikan dan kenikmatan dalam menjalankan ibadah puasa.
Baca juga: Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim
Oleh karena itu, Dompet Dhuafa memastikan agar mereka dapat berbuka puasa dan sahur dengan layak.
Dompet Dhuafa juga melakukan berbagai program untuk mendekatkan hubungan, yang menjadi sumber kebahagiaan terutama bagi mereka yang mengalami keterbatasan, seperti yang dialami saat Ramadhan di Palestina.
Sebagai informasi, sudah 200 hari sejak konflik kemanusiaan berkepanjangan di Gaza dimulai pada Sabtu (7/10/2024).
Saat Ramadhan, momen yang biasanya diisi dengan kehangatan bersama keluarga, bagi warga Palestina, harapan mereka tidaklah besar. Sebagian dari mereka hanya bisa merenung dan mendoakan keluarga yang telah meninggal dalam konflik.
Baca juga: Konflik Berdarah di Kerajaan Demak
Di tengah kekacauan konflik yang tak kunjung usai, warga Gaza menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan keterbatasan. Tak ada hidangan lezat dan bergizi seperti yang sering dinikmati saat sahur dan berbuka.
Menurut lembaga global Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada Senin (18/3/2024), hampir separuh dari penduduk Gaza, yaitu sekitar 1,1 juta orang, telah mengalami kelaparan.
Krisis pangan yang paling parah terjadi di Gaza Utara. Pada 2024, penduduk di wilayah tersebut bahkan tidak mampu untuk sahur atau berharap dapat meredakan lapar mereka dengan berbuka puasa setelah matahari terbenam.
Menurut laporan dari badan amal kemiskinan Care, setidaknya 27 orang, di antaranya 23 anak-anak, telah meninggal karena kekurangan gizi atau dehidrasi di Gaza Utara dalam beberapa pekan terakhir.