KOMPAS.com - Langit Palestina masih mencekam. Seluruh warga Gaza tidak hanya dihinggapi duka bencana kemanusiaan, tetapi juga bencana kesehatan.
Sebab, serangan Israel di Palestina yang memasuki bulan ketujuh ini menyebabkan kurangnya fasilitas sanitasi dan akses ke air bersih.
Sekurang-kurangnya, 34.500 warga Palestina terbunuh. Perang di sini juga memaksa 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah dan memadati kota-kota di bagian selatan yang kini berada di ambang kelaparan akut.
United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) atau Lembaga Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat menyebutkan, serangan Israel telah merusak sebanyak 84 persen fasilitas kesehatan di Jalur Gaza yang terkepung.
Serangan itu juga menghancurkan sistem sanitasi di jalur tersebut sekaligus membuat sebagian besar warga mengungsi.
Baca juga: Lewat Al Quds Indonesia, Dompet Dhuafa Terus Perjuangkan Kemerdekaan Palestina
Akibatnya, banyak warga Palestina tinggal di tenda-tenda di dekat air yang terkontaminasi limbah dan tumpukan sampah yang semakin banyak.
Melihat peristiwa nahas itu, Dompet Dhuafa kembali mengirimkan bantuan kemanusiaan, berupa pendirian medical point (rumah sakit/RS darurat), Rabu (26/6/2024).
RS darurat itu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Palestina, khususnya di Gaza Utara. Layanan ini akan segera beroperasi dalam 1-2 bulan ke depan.
General Manager Kesehatan Dompet Dhuafa Yeni Purnamasari mengatakan, pihaknya berupaya terus menjadi menyambung kebaikan para donatur.
“Kami akan terus mengirimkan bantuan kepada masyarakat Palestina. Dompet Dhuafa membutuhkan rangkulan dari berbagai pihak melalui kolaboraksi kebaikan sehingga banyak masyarakat Palestina yang akan terbantu nantinya,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (8/7/204).
Baca juga: Yayasan Amal Khair Yasmin Gandeng Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan untuk Palestina
Berkat kebaikan para donatur, medical point akan dilengkapi dengan kontainer untuk layanan obgyn.
Adapun tenaga medis di medical point terdiri dari empat dokter, delapan perawat, ambulans, serta tim paramedis.
“Yang menjadi tekanan bagi kami saat ini adalah support untuk medical point karena kebutuhan warga tak hanya konsultasi dan perawat luka dan lainnya, mereka juga butuh obat-obatan, pampers, hingga susu untuk anak,” jelasnya.
Yeni mengatakan, semua itu membutuhkan biaya. Oleh karenanya, Dompet Dhuafa berupaya menanggulangi bencana dan berharap mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Mitra lokal Dompet Dhuafa Al-Fursan Palestinian Emergency Association (FPEA) menyebutkan, RS darurat itu dibutuhkan karena warga jauh dari pelayanan medis dan ada invasi tentara Israel.
Saat ini, RS Indonesia dan RS Kamal Adwan juga sedang dalam perbaikan sehingga butuh adanya tempat lain untuk pelayanan medis.
“Selain itu juga membutuhkan tempat yang luas untuk parkir ambulans,” ungkap lembaga tersebut.
Baca juga: Gelar Konser Kemanusiaan untuk Palestina, Dompet Dhuafa Kumpulkan Donasi hingga Rp 1 Miliar
Sebelumnya, pada pertengahan Juni 2024, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan puluhan ribu kasus infeksi saluran pernapasan atas, diare, kutu, kudis, cacar air, ruam kulit, dan meningitis terjadi di tempat penampungan PBB.
Tumpukan sampah dan genangan air juga terlihat di hampir setiap sudut kota di wilayah kantong yang kecil itu.
Selain itu, banyak juga keluarga di Palestina menderita karena merebaknya penyakit, terutama di kalangan anak-anak.